Rupiah Melemah 26 Persen Sepanjang 2013

Arief Kamaludin | KATADATA
KATADATA | Agung Samosir
Penulis:
Editor: Arsip
30/12/2013, 00.00 WIB

Besarnya depresiasi rupiah itu menunjukkan cerminan ekonomi akibat besarnya impor, mulai dari impor BBM, bahan pangan yang jumlahnya lebih besar dibanding ekspor.

Dalam laporan Bank Dunia "Indonesia Economic Quarterly" yang terbit pada Desember 2013, permintaan dolar yang besar akibat kebutuhan pembiayaan dan pembayaran utang luar negeri merupakan faktor penting di balik perlemahan kurs rupiah sejak bulan Oktober. Setelah menguat menjadi Rp 11.020 per dolar AS pada akhir Oktober kurs tukar spot rupiah terus melemah menjadi Rp 12.000 pada Desember.

Bank Dunia menilai penyesuaian nilai tukar dan kebijakan moneter yang dilakukan pada 2013 membawa pengaruh positif bagi ekonomi. Alasannya, depresiasi rupiah bertindak sebagai "peredam kejutan" bagi lemahnya sektor perdagangan yang mendorong penerimaan ekspor dan mengurangi permintaan impor. Kenaikan suku bunga acuan (BI Rate) membantu mengurangi permintaan dalam negeri dan permintaan impor, serta mendukung masuknya aliran modal.

Namun penyesuaian itu juga memakan biaya, termasuk tekanan terhadap neraca pemerintah dan swasta melalui kenaikan nilai rupiah dari utang luar negeri akibat selisih valas. Hal itu juga bisa mengikis penerimaan akibat naiknya biaya impor, dan membawa risiko dan ketidakpastian yang lebih sulit dihitung seperti dampak terhadap sentimen.

Halaman:
Reporter: Nur Farida Ahniar