Risiko Covid-19 dan Peningkatan Pasokan AS Menekan Harga Minyak Global

Katadata
Ilustrasi, kilang minyak. Harga minyak global turun karena pelaku pasar khawatir virus corona bakal meluas karena kebijakan pelonggaran lockdown.
13/5/2020, 09.53 WIB

Dari sisi pasokan, Arab Saudi sebagai pemimpin de facto organisasi negara-negara produsen minyak (OPEC) pada hari Senin (11/5) menyatakan, akan mengurangi produksi sebesar 1 juta barel per hari (bpd) bulan depan. Kebijakan ini, akan menambah pemangkasan produksinya menjadi 7,5 juta bpd, turun hampir 40% dari April 2020.

Pernyataan ini, dinilai pelaku pasar semakin menguatkan komitmen negara-negara produsen minyak (OPEC), yang telah sepakat memangkas produksi sebesar 9,7 juta bpd selama Mei-Juni 2020. Kebijakan pemangkasan ini diambil sebagai respons atas anjloknya permintaan minyak global, yang mencapai 30%.

Alhasil, pada awal perdagangan, minyak jenis WTI sempat naik ke level harga US$ 25,78 per barel, sementara Brent naik 1,2% menjadi US$ 29,98 per barel. Namun, menjelang penutupan perdagangan, kekhawatiran makin merebaknya virus corona menjadi faktor yang dominan menentukan sikap pelaku pasar.

Tak hanya kekhawatiran mengenai Covid-19, pelaku pasar juga skeptis harga minyak bakal kembali normal, karena cadangan minyak AS dilaporkan meningkat.

Pada Selasa (12/5), dilaporkan cadangan minyak AS meningkat 7,6 juta barel, jauh lebih tinggi daripada prediksi analis, yakni 4,1 juta barel. Peningkatan ini, membuat total cadangan minyak AS tercatat sebesar 526,2 juta barel.

(Baca: Kekhawatiran Gelombang Kedua Covid-19 Sebabkan Harga Minyak Jatuh Lagi)

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan