LaporCovid-19 Catat Banyak Keluhan Warga Soal Lambatnya Tes Corona

ANTARA FOTO/Makna Zaezar/foc.
Sejumlah dokter sedang melakukan ekstraksi dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) di ruang Laboratorium di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Koalisi Warga Lapor Covid-19 mencatatkan banyak keluhan masyarakat terkait tes PCR.
Penulis: Dimas Jarot Bayu
Editor: Ekarina
21/5/2020, 13.57 WIB

Koalisi Warga Lapor Covid-19 mencatatkan banyak keluhan masyarakat terkait tes virus corona di Indonesia. Inisiator Koalisi Warga Lapor Covid-19 Irma Hidayana mengatakan, salah satu persoalan yang sering dikeluhkan masyarakat terkait lambatnya penyampaian hasil tes corona dengan metode polymerase chain reaction (PCR).

Menurut Irma, ada warga yang harus menunggu lebih dari dua pekan untuk bisa mengetahui hasil tes PCR. "Pasien baru dapatkan kabar hasil tes swab setelah 19 hari," kata Irma dalam webinar yang digelar Koalisi Warga Lapor Covid-19, Kamis (21/5).

Lambatnya pemberitahuan hasil tes PCR ini cukup merugikan warga tersebut. Sebab selama hasil tes PCR belum keluar, warga tersebut mendapatkan stigma dari lingkungan sekitarnya karena dikira terinfeksi corona.

(Baca: Gugus Tugas: Status Darurat Kesehatan Tetap Berlaku Meski PSBB Dicabut)

Padahal, hasil tes PCR setelah diumumkan menunjukkan bahwa warga itu negatif corona. "Karena lama hasil tes swab, terjadi kesimpangsiuran informasi sehingga dia agak dijauhi atau distigmasisasi," kata Irma.

Koalisi Warga Lapor Covid-19 juga mencatatkan laporan dari warga yang sempat dimintai bayaran untuk tes PCR. Padahal, pemerintah sebelumnya  menyampaikan bahwa tes corona dilakukan secara gratis.

Selain itu, warga Ternate, Maluku Utara bernama Akbar melaporkan bahwa ada seorang pasien di daerahnya yang sempat dibiarkan keluar oleh rumah sakit rujukan saat hasil tes PCR belum keluar. Menurut Akbar, pasien tersebut sudah berpergian ke pasar dan berbagai tempat lainnya.

"Sudah sekitar 4 hari di luar, ternyata hasil swabnya keluar positif. Ini yang kasihan kan bukan cuma masyarakat sekitar, tapi tenaga medis juga susah," kata Akbar.

Deputi Bidang Pencegahan BNPB Lilik Kurniawan mengatakan, ada empat kendala yang menyebabkan berbagai persoalan tes PCR di Indonesia. Pertama, karena masih kurangnya alat.

(Baca: Rekor 693 Kasus Baru, Positif Corona di RI Melonjak jadi 19.189 Orang)

Kendala kedua adalah persoalan distribusi alat tes PCR ke berbagai rumah sakit di Indonesia. "Ketiga adalah masalah sumber daya manusia. Kita sudah punya alat dan didistribusikan sampai ke daerah. Ternyata orang yang melaksanakan tidak terstandar, tidak punya keahlian. Laboratorium kita juga terbatas," kata Lilik.

Dia juga menyampaikan tidak banyak moda transportasi yang mau membawa sampel tes PCR untuk diuji ke laboratorium. Hal tersebut yang akhirnya membuat hasil tes PCR menjadi lama diumumkan kepada masyarakat.

"Itu yang terjadi dan itu jadi bagian permasalahan tes, padahal kami tahu tes itu makin cepat makin baik," kata dia.

Reporter: Dimas Jarot Bayu