Jumlah Kematian Terduga Corona Terus Naik, Rencana New Normal Dikritik

ANTARA FOTO/FB Anggoro/hp.
Sejumlah keluarga pasien (kanan) memperhatikan tenaga medis dan penggali kubur yang mengenakan alat pelindung diri saat proses pemakaman keluarganya di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tengku Mahmud Palas di Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (28/4/2020).
Penulis: Dimas Jarot Bayu
31/5/2020, 16.38 WIB

Lebih lanjut, Irma menilai laporan ini menunjukkan adanya ketimpangan antara kasus kematian yang telah terkonfirmasi positif corona dengan PDP dan ODP yang meninggal dunia. Bahkan, dia menduga ketimpangan data tersebut mencapai 3,5 kali lipat.

Menurut Irma, kondisi ini terjadi karena belum masifnya tes corona menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR) di berbagai daerah. "Gap kematian akibat Covid-19 yang ditetapkan PCR dibandingkan yang belum ditetapkan PCR itu cukup tinggi," kata dia.

Dia lantas mempertanyakan bagaimana masyarakat bisa percaya laju penyebaran corona di suatu daerah menurun, sementara tes PCR-nya masih sedikit. Padahal, laju penyebaran corona yang menurun itu menjadi salah satu syarat penerapan tatanan normal baru di suatu daerah.

(Baca: Bertambah 700, Kasus Positif Corona di Indonesia Capai 26.473 Orang)

Karena itu, dia meminta pemerintah terus meningkatkan tes PCR di berbagai daerah. Distribusi tes PCR pun harus merata di seluruh Indonesia.

Selain itu, dia ingin pemerintah bisa membuka informasi mengenai tes PCR ini secara transparan. "Informasi jumlah tes di setiap wilayah ini masih tertutup. Pemerintah diharapkan buka jumlah tes PCR di tiap wilayah," ucapnya.

Halaman: