Ahli Imunologi: Herd Immunity Akan Gagal Tanpa Vaksin

ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/wsj.
Ilustrasi, kerumunan masyarakat. Ahli imunologi mengingatkan, tanpa adanya vaksin, risiko kematian tinggi bisa terjadi karena tingkat kematian akibat Covid-19 mencapai 5-6%.
Penulis: Rizky Alika
2/6/2020, 16.23 WIB

Ahli imunologi menilai kekebalan komunitas atau herd immunity terhadap virus corona atau Covid-19 tidak akan berhasil tanpa adanya vaksin. Penyebabnya, tingkat kematian akibat Covid-19 yang tergolong tinggi, dan belum adanya antibodi dalam tubuh terhadap Covid-19.

Guru Besar Divisi Alergi Imunologi Klinik, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Samsuridjal Djauzi menyebut, penerapan herd immunity tanpa adanya vaksinasi dapat menimbulkan risiko kematian.

"Kami tidak mengharapkan herd immunity secara alamiah pada Covid-19 karena risiko kematian pasien covid-19 mencapai 5-6%," kata Samsuridjal dalam sebuah webinar, Selasa (2/6).

Adapun, herd immunity adalah kondisi ketika banyak orang dalam suatu komunitas memiliki imunitas untuk melawan virus dalam tubuh mereka. Ketika banyak orang sudah memiliki kekebalan, maka virus itu akan hilang dengan sendirinya.

Menurutnya, herd immunity dapat tercapai bila ada imunisasi Covid-19 kepada 70-90% penduduk Indonesia. Dengan demikian, sebanyak 10-30% penduduk yang tidak divaksin dapat terlindungi dari virus corona.

Skenario lain herd immunity adalah, bila 70-90% penduduk telah terpapar Covid-19 sehingga memiliki antibodi terhadap virus corona. Namun, hal ini berisiko karena sebanyak 20% penderita Covid-19 memiliki gejala yang berat, serta sebanyak 5-6% pasien memiliki potensi kematian.

(Baca: Risiko New Normal dan Berdamai dengan Corona ala Jokowi)

Berdasarkan data Worldometers, jumlah populasi Indonesia tercatat mencapai 273,3 juta jiwa. Dengan jumlah tersebut, herd immunity dapat terjadi bila setidaknya 191,31 juta jiwa penduduk telah terpapar covid-19.

"Artinya, dari jumlah tersebut ada sebanyak 9,5 juta orang atau 5% pasien Covid-19 yang berpotensi memiliki gejala berat dan meninggal," ujarnya.

Oleh karena itu, ia menilai herd immunity yang terbaik adalah dengan cara vaksinasi. Selama belum ditemukan vaksin, penerapan protokol kesehatan tetap perlu diterapkan guna menekan angka penularan.

Guru Besar Departemen Medik Ilmu Kesehatan Anak Universitas Indonesia Prof. Zakiudin Munasir menambahkan, pembentukan herd immunity harus diikuti dengan fasilitas kesehatan yang lengkap. Dengan demikian, pasien yang tertular covid-19 dapat sembuh serta membentuk antibodi baru.

"Jadi dia (pasien Covid-19 yang sembuh) akan membentengi orang-orang yang tidak punya antibodi," kata Zaikudin.

(Baca: Gagal di Inggris & Belanda dalam Hadapi Corona, Apa Itu Herd Immunity?)

Reporter: Rizky Alika