Kasus Positif 2.803, Surabaya jadi Zona Merah Tua Penularan Corona

ANTARA FOTO/Didik Suhartono/wsj.
Petugas melakukan tes diagnostik cepat COVID-19 (Rapid Test) di Pasar Sore Manukan, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (22/5/2020). Dari data Pemprov Jatim, Jumlah kasus corona di Surabaya pada Rabu (3/6) melebihi 2.800 orang.
3/6/2020, 21.32 WIB

Wilayah Jawa Timur terus menjadi episentrum baru penularan virus corona Covid-19 di Indonesia. Bahkan ibu kota provinsi tersebut yakni Surabaya menjadi zona merah gelap penyebaran penyakit tersebut saat ini.

Dari laman infocovid19.jatimprov.go.id, hingga Rabu (3/6) 18.40 WIB, kasus positif corona di Jatim mencapai 5.310 kasus. Sebanyak 2.803 atau lebih dari separuhnya berada di Surabaya. Dari peta di laman tersebut, terlihat warna yang menggambarkan angka penularan corona di Kota Pahlawan itu menjadi merah tua. Sedangkan daerah lain masih berwarna merah terang.

Berbeda dengan data Pemprov,  data Pemerintah Kota Surabaya menunjukkan jumlah kasus positif corona di angka 2.748 orang. Dari laman resmi penanganan corona Kota Pahlawan yakni lawancovid-19.surabaya.go.id, penduduk terinfeksi paling banyak tercatat berada di wilayah Surabaya Timur dengan jumlah 932 orang.

Adapun kelurahan dengan jumlah infeksi corona terbanyak di Surabaya berada di Kelurahan Kemayoran dan Kalirungkut yakni 129 dan 113 kasus. "Itu bukan hitam tapi merah tua. Kalau angkanya dua ribu sekian jadi merah tua," kata Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Senin (1/6) lalu dikutip dari Liputan6.com.

(Baca: Jumlah Kasusnya Melonjak, Jatim Jadi Zona Merah Virus Corona)

Lonjakan kasus corona di Surabaya juga ditandai munculnya beberapa klaster baru penyakit ini. Beberapa klaster terkait penularan di mal hingga pabrik rokok, pasar, dan rumah ibadah. Bahkan Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana saat ini berstatus orang dalam pemantauan (ODP) usai menyambangi warga Kedung Turi yang dihuni lima warga positif Covid-19.

Lima warga yang dinyatakan positif corona sebelumnya sempat dinyatakan negatif usai menjalani rapid test. “Saya meminta izin kepada Bu Risma (Wali Kota Surabaya) untuk menjalani karantina mandiri," kata Whisnu, Rabu (3/6).

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan salah satu cara yang dilakukan adalah melacak kasus dengan agresif.  Jika penelusuran telah dilakukan maka akan akan ditemukan orang dengan risiko (ODR). Dari temuan tersebut, Pemkot Surabaya mencari siapa saja orang lain yang terkait. “Kami tracing, siapa dia, ketemu di mana, kemudian siapa saja di situ," kata Risma.

Selain itu Pemkot Surabaya juga terus melakukan rapid test dan swab di lokasi yang dinilai terpapar pandemi. Risma juga mengatakan awalnya ia kesulitan karena adanya keterbatasan alat tes. Namun belakangan Kementerian Kesehatan, Badan Intelijen Negara (BIN), dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memberi bantuan. “Sampai hari ini rapid test kurang lebih 27 ribu orang,” ujarnya.

Ledakan kasus di Jatim, khususnya Surabaya juga jadi perhatian Presiden Joko Widodo. Jokowi memerintahkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo meluncur ke kota tersebut untuk mendukung langkah penanganan Covid-19 oleh pemda.

"Kami mengikuti terus perkembangan Kota Surabaya. Langkah yang sudah dilakukan saat ini sudah sangat baik," kata Doni.

(Baca: Diprotes Risma, Gugus Tugas Jatim Ungkap Asal Mula Bantuan Mobil PCR)

Dukungan untuk memutus rantai penularan corona juga diberikan warga kota terbesar kedua RI itu. Sebanyak 1.009 Rukun Warga (RW) telah membentuk Kampung Wani Jogo Suroboyo untuk menjaga daerahnya dari penyebaran Covid-19.

Warga akan menjaga pintu masuk RW masing-masing dengan portal dan membatasi akses demi memutus rantai pandemi. "Jumlah ini akan bertambah seiring koordinasi teman-teman kecamatan kepada warganya masing-masing," ujar Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Surabaya Irvan Widyanto, Selasa (2/6).

Reporter: Antara