Survei KIC: Mayoritas UMKM Terpukul Corona, Ada Dua Strategi Bertahan

ANTARA FOTO/Syaiful Arif/pras.
Ilustrasi. Seorang pekerja menyelesaikan pembuatan sepatu di industri rumahan Surodinawan, Prajuritkulon, Kota Mojokerto, Jawa Timur, Jumat (26/6/2020).
Penulis: Desy Setyowati
26/6/2020, 19.34 WIB

Mayoritas Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Indonesia terpukul pandemi corona. Sebagian dari mereka menerapkan dua strategi untuk bisa bertahan di tengah pagebluk  virus tersebut.

Hasil survei Katadata Insight Center (KIC) menunjukkan bahwa 82,9% UMKM terpukul pandemi Covid-19. Hanya, 5,9% yang penjualannya positif selama krisis kesehatan saat ini.

Sebelum ada pandemi, hampir seluruh UMKM dalam kondisi yang cukup baik. Kini, “56,8% di antaranya dalam kondisi buruk. Hanya 14,1% yang masih berada pada situasi yang baik,” demikian dikutip dari survei KIC yang dirilis Jumat (26/6).

Bahkan, 63,9% dari UMKM yang terpukul corona, omzetnya turun lebih dari 30%. Hanya 3,8% yang omzetnya meningkat.

(Baca: Ditjen Pajak Catat 200 Ribu UMKM Gunakan Insentif Pajak Covid-19)

Survei tersebut dilakukan terhadap 206 responden UMKM di lima kategori usaha. Mereka berada di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Sebagian besar UMKM ini memiliki skala usaha mikro dengan omzet di bawah Rp 300 juta per tahun.

Berdasarkan survei tersebut, UMKM menerapkan dua strategi agar bisa bertahan di tengah pandemi virus corona. Pertama, efisiensi. Sebanyak 65,5% dari responden mengurangi produksi barang atau jasa.

Lalu, 50,5% mengurangi jumlah karyawan atau jam kerja. Serta, 46,1% memangkas biaya pemasaran. Di satu sisi, 85,4% di antaranya mengajukan kredit ke perbankan.  (Baca: Bantu Pemulihan Dampak Corona, UMKM akan Masuk e-Katalog LKPP)

Strategi kedua, berjualan secara online. Sebanyak 80,6% merasa terbantu dengan penggunaan internet untuk berusaha.

Apalagi, 84% dari responden memiliki ponsel pintar (smartphone) dengan koneksi internet. Lalu, 42,7% mempunyai laptop yang juga terkoneksi internet. Hanya 7,3% yang tak memanfaatkan internet dalam berusaha.

Akses internet itu dimanfaatkan untuk beragam tujuan. Sebanyak 60,2% menggunakan internet untuk memasarkan produk di media sosial, 57,8% mempromosikan barang dan jasa, serta 44,7% mencari informasi pengembangan usaha.

(Baca: 2,3 Juta UMKM Tetap Bayar PPh Final di Tengah Pandemi Corona)

Lalu 35,9% di antaranya mengakses internet untuk memesan bahan baku. Sementara 34% untuk memasarkan produk di marketplace dan 27,7% mengirim pesan melalui email ataupun aplikasi pesan.

Sayangnya, UMKM seringkali mengalami kendala saat menjalankan usaha menggunakan teknologi digital. Tantangan itu di antaranya belum mampu menggunakan internet (34%), kurangnya pengetahuan menjalankan usaha online (23,8%), pegawai tak siap (19,9%), infrastruktur tidak layak (18,4%), dana kurang memadai (9,7%), dan banyaknya pesaing (3,4%).

Indeks Kesiapan Digital UMKM di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) pun pada tahap menengah. Indikatornya yakni optimisme, kompetensi, keamanan, dan kenyamanan.

Hasilnya, rerata Indeks Kesiapan Digital UMKM hanya 3,6. “Generasi yang semakin tua memiliki indeks kesiapan digital yang lebih rendah dibandingkan yang muda,” demikian dikutip.

(Baca: Tokopedia, Bukalapak, Shopee, Lazada Gencar Gaet UMKM Saat Normal Baru)