Pengamat Ungkap Tiga Kriteria Menteri yang Terancam Reshuffle

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/Pool/wsj.
Presiden Joko Widodo (tengah) memimpin rapat kabinet terbatas mengenai percepatan penanganan dampak pandemi COVID-19 di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (29/6/2020). Jokowi mengancam akan reshuffle kabinet jika tak ada progres yang signifikan dalam menangani pandemi corona.
29/6/2020, 21.13 WIB

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengancam bakal kocok ulang atau reshuffle dalam sidang kabinet paripurna pada 18 Juni 2020. Hal itu dinilai sebagai peringatan keras bagi para menteri untuk bekerja maksimal dalam penanganan Covid-19.

Menteri yang dinilai berkinerja buruk pun bisa terkena reshuffle di masa mendatang. "Pernyataan yang keras tanpa tedeng aling-aling, dan itu membuat para menteri yang jeblok kinerjanya tak akan bisa tidur karena takut di-reshuffle," kata Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin ketika dihubungi Katadata.co.id, Kamis (29/6).

Ujang pun menyebut salah satu menteri yang berpotensi terkena reshuffle, yaitu Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. Pasalnya, Terawan dianggap lambat dalam menangani pandemi corona di Tanah Air.

Nama Terawan pun sudah dua kali disorot oleh Jokowi dalam beberapa waktu terakhir. Terawan sempat disinggung Jokowi dalam sidang kabinet paripurna pada 11 hari lalu karena lambat mencairkan insentif bagi tenaga kesehatan.

Dalam rapat terbatas pada hari ini, Jokowi kembali menyoroti kinerja Terawan terkait hal yang sama. "Mungkin Terawan yang rawan akan di-reshuffle," kata Ujang.

(Baca: Moeldoko Jelaskan Makna di Balik Ancaman Jokowi Reshuffle Kabinet )

Selain Terawan, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah juga berpotensi terkena reshuffle. Pasalnya, pemutusan hubungan kerja (PHK) kian marak di tengah pandemi corona.

Namin, Ujang menilai Ida kemungkinan hanya akan digeser ke pos kementerian lain. Hal itu mengingat Ida merupakan politisi dari PKB yang menjadi partai koalisi pendukung Jokowi.

"Kalau pun reshuffle, diganti dari kader PKB lagi," kata Ujang.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menyebut ada tiga kriteria yang memungkinkan Jokowi mengganti menterinya. Pertama, menteri tersebut kerap membuat kontroversi dengan kebijakan dan pernyataannya.

Kedua, menteri tersebut dianggap tak kompeten dan masih mempelajari birokrasi. "Ini bukan waktu dan ruang belajar dalam kondisi wabah seperti ini," kata Yunarto.

Kemudian, dia menyebut menteri yang kemungkinan terkena reshuffle merupakan orang yang tak loyal kepada Jokowi. Menurut Yunarto, menteri tersebut memiliki kepentingan lain yang lebih besar ketika masuk kabinet, baik kepada partainya maupun pihak lain.

"Tiga hal itu lebih dari cukup sebagai frame of mind untuk Jokowi lakukan reshuffle," kata Yunarto.

Jokowi mengungkapkan kekecewaannya terhadap kinerja sejumlah bawahannya saat berpidato membuka sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta, 18 Juni 2020. Dia menilai para anggota kabinet tidak menunjukkan progres dalam menangani dampak Covid-19.

Padahal menurut Jokowi, Indonesia masih berada dalam suasana krisis hingga tiga bulan ke depan. Ia pun merujuk pada proyeksi pertumbuhan ekonomi yang dibuat beberapa lembaga internasional belum lama ini.

"Saya harus ngomong apa adanya, tidak ada progres signifikan,” kata Jokowi.

Jokowi mendesak para menteri membuat langkah dan kebijakan luar biasa untuk mengatasi krisis saat ini. Bahkan ia mengancam kocok ulang bawahannya jika masih tidak menunjukkan progres signifikan dalam menghadapi krisis.

"Sudah kepikiran kemana-mana saya. Kalau memang diperlukan karena memang suasana (senses of crisis) ini harus ada,” katanya.

(Baca: Jokowi Ancam Reshuffle Kabinet, Kinerja Beberapa Sektor Disorot)

(REVISI: Artikel ini diubah hari Selasa, 30 Juni 2020, pukul 01.00 WIB, pada bagian judulnya.)

Reporter: Dimas Jarot Bayu