Rekor Tambahan Kasus Covid-19, Gugus Tugas Sebut Positivity Rate Turun
Tambahan penderita Covid-19 hari ini kembali memecahkan rekor 1.624 kasus baru. Dengan kenaikan ini maka 59.394 orang di Indonesia telah terinfeksi virus corona.
Angka tersebut didapatkan dari tambahan 23.519 uji spesimen yang dilaporkan hari ini. Secara akumulatif, total tes corona yang dilaporkan laboratorium seluruh RI mencapai 849.155 sampel.
Berikut datanya:
Juru bicara nasional penanganan corona Achmad Yurianto menyatakan, tambahan kasus yang tercatat tidak tersebar merata di seluruh Indonesia. Ada beberapa wilayah yang memiliki kasus penambahan dengan jumlah tinggi, namun ada beberapa yang tidak ada penambahan kasus positif.
Di Jawa Timur misalnya, ada penambahan kasus baru sebanyak 374 orang, namun juga melaporkan kasus yang sembuh sebanyak 192 orang. Kemudian DKI Jakarta hari ini melaporkan kasus terkonfirmasi baru adalah 190 orang dan kemudian kasus sembuh dilaporkan sebanyak 191 orang. Sulawesi Selatan 165 orang dan terkonfirmasi sembuh sebanyak 50 orang.
Kemudian Jawa Tengah pasien baru 153 orang dan kasus terkonfirmasi sembuh adalah 98 orang. Sedangkan di Kalimantan Selatan kasus baru sebanyak 114 dan sembuh 51 orang.
(Baca: Kembali Pecahkan Rekor, Positif Corona RI Melonjak 1.624 Kasus)
Tiap Daerah Berbeda
Sejak pertengahan Juni 2020 jumlah kasus baru terkonfirmasi positif Corona di Indonesia berada di kisaran 1.000 kasus per harinya. Namun hal tersebut tidak serta merta menunjukkan angka positivity rate juga tinggi. Positivity rate adalah rasio antara jumlah kasus positif dibanding jumlah spesimen yang diuji.
Epidemiolog Gugus Tugas Nasional Dewi Nur Aisyah menerangkan, secara nasional positivity rate Indonesia mencapai 12%. Angka itu masih di atas standar positivity rate yang ditetapkan WHO yaitu sebesar 5%. Namun, jika dibandingkan bulan Mei lalu, positivity rate di Indonesia saat ini lebih rendah.
“Di pertengahan Mei ada 3,448 orang positif dalam waktu satu minggu. Orang yang diperiksa itu ada 26,000. Jadi dari 26,000 orang ada 3,000 yang positif. Sehingga, angka positivity-nya adalah 13%,” kata Dewi.
(Baca: Rasio Kesembuhan Pasien Covid-19 RI Masih di Bawah Rata-rata Global)
Sementara itu, Dewi menambahkan data di bulan Juni dengan rata-rata 8.000 kasus baru dalam satu minggu dan orang yang diperiksa mencapai 55.000 sehingga saat ini positivity rate-nya 12%. Dengan demikian dapat dikatakan kecepatan penularan melambat dari bulan sebelumnya.
Lebih lanjut Dewi menjelaskan jika angka nasional 12% maka setiap kabupaten-kota memiliki cerita yang berbeda jika ditelaah dari jumlah orang positif dibandingkan dengan jumlah orang yang diperiksa.
“Jumlah kasus terbanyak memang dari Surabaya, tapi begitu dilihat dari dengan perbandingan 100 ribu penduduk, ceritanya jadi berbeda. Walaupun Surabaya masuk lima besar, tapi kalo dari provinsi tidak masuk ke 5 besar,” ujarnya.
Kepadatan penduduk memang jadi salah satu faktor risiko dalam penularan Covid-19. Untuk saat ini, laju insidensi terkait dengan rumusnya berdasarkan padatnya jumlah penduduk.
“Kita bisa melihat bahwa Jawa Timur merupakan zona titik merah, padahal kalo saya melihat Jawa Timur dengan seluruh kabupaten kotanya, ternyata dari semua kabupaten kotanya itu tidak semua itu angkanya tinggi,” ungkapnya.
Perbandingan positivity rate juga dapat dilihat dari jauhnya perbandingan jumlah penduduk dengan jumlah kasusnya.
“Peringkat pertama Kota Surabaya dengan jumlah kasus 5.700, tapi ternyata peringkat keduanya Kabupaten Sidoarjo dengan 1.387 kasus yaitu seperempat kasus dari Surabaya, peringkat ketiganya Gresik itu sepersepuluh dari kasus Surabaya, apalagi yang terkecil di Ngawi hanya sekitar 23 kasus,” tuturnya.
(Baca: Berpotensi Tularkan Corona, Perkantoran Diminta Atur Sirkulasi Udara)
Jadi Ketika berbicara Indonesia, bahkan Jawa Timur saja dengan 30 lebih kabupaten-kota itu tidak bisa disamakan seluruhnya memasuki zona merah.
Adapun di Jawa tengah, daerah yang justru terlihat memiliki kondisi yang cukup parah. Namun, Dewi menyebut, mungkin kondisinya tidak separah atau seburuk yang dibayangkan jika dilihat dalam kerangka yang lebih luas lagi.
“Jadi kalau kita lihat kasus pertama ada di Semarang, dengan jumlah 1.774 kasus dengan insidensinya yang tinggi, kemudian yang keduanya ada Kabuaten Magelang yang angkanya hanya 48 kasus, ada juga Tegal hanya 6, dan Wonogiri juga hanya 9. Bayangkan kalo kita bilang Jawa Tengah ini kondisinya merah, padahal tidak semua bisa disamaratakan.”
Untuk itu angka ini akan menjadi pelajaran banyak dan melihat angka bukan haya melihat angka satu saja yang bulat, melainkan sebetulnya dilihat lebih jauh, pembandingnya, dan juga interpretasinya.