Harga minyak dunia bergerak turun pada perdagangan Jumat (10/7). Hal itu dipicu kekhawatiran penurunan permintaan bahan bakar akibat lonjakan kasus baru Covid-19.
Mengutip Bloomberg pada hari ini pukul 07.12 WIB, harga minyak Brent untuk kontrak pengiriman September 2020 turun 2,17 persen menjadi US$ 42,35 per barel. Sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Agustus 2020 naik tipis 0,08 persen menjadi US$ 39,65 per barel.
"Amerika Serikat (AS), Brazil, serta negara-negara lain terus dihantam Covid-19. Permintaan terhadap komoditas minyak pun dipertaruhkan," kata Analis Pasar Minyak di Rystad Energy Louise Dickson dikutip dari Reuters pada Jumat (10/7).
AS melaporkan lebih dari 60.000 lonjakan kasus baru Covid-19 pada Rabu (7/7), rekor tertinggi yang dilaporkan dalam satu hari. Kasus baru virus corona memang terus meningkat di 42 dari 50 negara bagian AS selama dua pekan terakhir. Gelombang baru telah mendorong negara bagian California dan Texas untuk memberlakukan pembatasan sosial.
(Baca: Permintaan BBM Meningkat, Harga Minyak AS Hampir Sentuh US$ 41)
Hal itu bakal mengurangi permintaan bahan bakar. Padahal, data dari Energy Information Administration (EIA) menunjukkan stok bensin AS turun 4,8 juta barel pekan lalu, jauh lebih banyak dari yang diperkirakan para analis karena permintaan mencapai level tertinggi sejak 20 Maret 2020.
Laporan Genscape menyebut stok minyak mentah naik sekitar 2 juta barel dalam sepekan hingga Selasa (6/7) di pusat penyimpanan Cushing, Oklahoma. Sedangkan permintaan bahan bakar di India turun 7,9 persen pada Juni 2020 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Angka permintaan India mengecewakan, itu tidak sesuai dengan narasi yang kami dengar bahwa ekonomi India bangkit kembali," kata Phil Flynn, Analis Senior di Price Futures Group, Chicago.
Namun, beberapa ahli memperkirakan harga minyak jenis Brent bakal bertahan lama di level US$ 40 per barel. Apalagi Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya bakal menggelar pertemuan pada 15 Juli 2020.
Sementara itu, pasokan minyak dari Libya masih belum pasti setelah pelabuhannya diblokir sejak Januari tahun ini. Libya berusaha melanjutkan ekspor setelah perusahaan minyak negara tersebut mengangkat status kahar di terminal minyak Es Sider pada hari Rabu (7/7).
Namun, satu kapal tanker dicegah untuk memuat minyak. Kapal tanker kedua pun tengah menuju pelabuhan untuk mencoba mengangkut minyak dari terminal Es Sider.