Lembaga Keuangan AS Bidik Investasi Farmasi, Energi dan Hankam di RI

ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/foc.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan (kiri) bersama Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio (kanan)berbincang saat Rakor Penyelesaian Isu Pengembangan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi di Pendopo Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (29/7/2020).
Editor: Yuliawati
6/8/2020, 19.20 WIB

Lembaga keuangan asal Amerika Serikat (AS) International Development Finance Corporation atau IDFC menyatakan minatnya untuk berinvestasi di bidang farmasi, pertahanan dan keamanan, dan energi. IDFC juga menyatakan tertarik dalam pengelolaan dana abadi atau Sovereign Wealth Fund (SWF).

Pernyataan itu disampaikan CEO IDFC Adam Boehler dalam surat yang ditujukan kepada Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Pandjaitan pada 31 Juli lalu.

Juru Bicara Kemenko Marves Jodi Mahardi mengatakan Boehler dalam suratnya menjelaskan saat ini IDFC tengah berkoordinasi dengan National Security Council (NSC) atau Dewan Keamanan Nasional AS. NSC berperan memimpin koordinasi antarlembaga di AS untuk membahas kerja sama yang ditawarkan oleh pemerintah Indonesia.

"Sesuai permintaan mereka, pemerintah akan memberikan pedoman lebih lanjut untuk kerja sama di beberapa sektor,” kata Jodi melalui siaran pers yang diterima Katadata.co.id, Kamis (6/8).

(Baca juga: Lembaga Keuangan AS Tawarkan Investasi Miliaran Dolar ke Indonesia)

IDFC diberikan mandat menggunakan sumber daya pemerintah AS untuk mendorong lebih banyak minat dan daya tarik sektor swasta, dan untuk memfasilitasi pembangunan yang berkelanjutan di wilayah Indonesia. IDFC juga bekerja sama dengan institusi keuangan serupa dari Australia dan Jepang untuk mencapai tujuan tersebut.

IDFC berminat bekerja sama dengan Indonesia dalam bidang farmasi di tengah kebutuhan obat-obatan dan vaksin selama masa pandemi corona. Menko Luhut Pandjaitan beberapa waktu lalu sempat menyampaikan bahwa pemerintah AS berkeinginan untuk merelokasi industri farmasinya ke Indonesia.

IDFC juga tertarik untuk berinvestasi salah satunya di wilayah Natuna. IDFC dan lembaga AS lainnya mempunyai instrumen pembiayaan infrastruktur yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan investasi di Natuna.

IDFC juga tertarik dengan investasi pengembangan infrastruktur melalui pengelolaan dana abadi atau Sovereign Wealth Fund.  Uni Emirat Arab (UEA) telah lebih dulu menyatakan minatnya untuk berinvestasi melalui SWF.

Boehler mengirimkan surat kepada Luhut setelah pada Januari lalu bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Negara. Dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi mengatakan kalau pemerintah membutuhkan investasi untuk pembangunan Indonesia dari lembaga keuangan asal Amerika Serikat itu.

Usai pertemuan itu, Luhut mengatakan IDFC rencana menanamkan modalnya sebesar US$ 10 miliar atau setara Rp 146 triliun.

Berdasarkan data BKPM, realisasi investasi AS di Indonesia pada triwulan II-2020 berada di urutan ke-9:

Reporter: Tri Kurnia Yunianto