Covid-19 Menghantui Orang Terdekat Warga Jakarta

Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Penulis: Hanna Farah Vania - Tim Riset dan Publikasi
11/10/2020, 10.51 WIB

Inner circle atau lingkaran sosial terdalam adalah orang-orang yang memiliki hubungan yang cukup erat dengan seseorang. Termasuk orang tua, keluarga, pasangan, dan teman.

Mengutip Pandemic Talks, akun Instagram yang mengompilasi dan menyajikan data resmi soal pandemi, dalam waktu dekat inner circle warga DKI Jakarta terancam terpapar Covid-19. Per 14 September 2020, 55.099 penduduk Jakarta sudah terinfeksi COVID-19 dari total populasi 10.644.986 jiwa.  Jika dihitung rasio kasus per 1.000 populasi, maka skalanya 1:196. Artinya, 1 dari 196 orang DKI Jakarta terpapar COVID-19.

PandemicTalk lalu mengutip antropolog Inggris Robin Dunmar yang melihat bahwa manusia memiliki kenyamanan untuk mempertahankan hubungan erat dengan 150 relasi. Maka, semakin tinggi total kasus corona di Jakarta, semakin kecil pula rasionya. Jika total kasusnya mencapai 70.000, maka rasionya sudah mencapai jumlah relasi ideal manusia, yakni 1:150.

"Artinya dari satu orang yang tertular Covid-19 di Jakarta, pasti ada di antaranya orang yang merupakan inner circle kita," ujarnya kepada ABC Indonesia. Firdza pun bercerita bahwa sudah beberapa kali mendengar kabar kerabat dekatnya ada yang terpapar atau bahkan meninggal disebabkan Covid-19.

Dengan kondisi kasus positif corona di Jakarta yang hingga saat ini masih menunjukkan tanda-tanda peningkatan, bukan tidak mungkin akan ada kondisi lebih dari separuh penduduk ibu kota Indonesia memiliki saudara, kerabat, atau sahabat di lingkaran sosialnya tertular COVID-19.

Untuk mengurangi laju penularan Covid-19 di inner circle, tentunya perlu usaha yang kuat. Mematuhi protokol 3M mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak adalah kunci agar terhindar dari virus ini.

Namun, sebagai makhluk sosial, berkurangnya interaksi dengan relasi dan sanak saudara menjadi salah satu beban mental selama pandemi. Dahulu, aktivitas silahturami seperti sekadar nongkrong, berolah raga bersama hingga arisan, adalah hal biasa. Tapi itu semua berubah. Pandemi Covid-19 memaksa menjaga jarak guna terhindar dari transmisi virus. Oleh karena itu, perlu memutar otak untuk tetap menjaga kedekatan tanpa harus saling bertemu.

Pertama, penggunaan teknologi dapat menjadi solusinya. Saat ini terdapat banyak platform daring yang dapat mengakomodir silaturahmi. Kedua, bersikap tegas untuk menolak pertemuan-pertemuan yang tidak penting. Tolak ajakan teman untuk menongkrong atau sekadar makan bersama.

Ketiga, batasi pertemuan lingkaran terdalam selama pandemi. Jika seseorang dapat memiliki beberapa lingkaran terdalam dari keluarga dan teman-teman, penting untuk memilih maksimal dua lingkaran terdalam untuk berinteraksi langsung saat ini. Hal ini dapat mencegah kemungkinan transmisi virus yang dapat datang dari manapun.

Terakhir, tentunya tetap harus Ingat Pesan Ibu yakni 3M. Gerakan 3M tersebut adalah mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak. Khususnya saat keluar rumah. Dengan menerapkan pesan ibu, transmisi penularan Covid-19 mampu terhalau hingga 99 persen.

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan