Memakai masker menjadi salah satu protokol kesehatan yang penting dilakukan untuk menekan risiko penularan Covid-19. Berdasar beberapa temuan, penggunaan masker medis menjadi yang paling ideal karena dapat mengurangi risiko penularan sampai 70 persen.
Namun kekurangan masker medis ada pada ketersediaannya yang terbatas dan fungsinya yang hanya bisa sekali pakai. Oleh sebab itu, masker kain dapat dijadikan alternatif.
Penelitain anyar dari Universitas Cambridge dan Universitas Northwestern mengindikasikan, mayoritas bahan kain yang digunakan untuk membuat masker nonklinis juga efektif mencegah penyebaran Covid-19. Berdasar informasi yang dilaporkan Independent, masker kain mampu menyaring partikel ultrafine yang mungkin mengandung virus seperti SARS-CoV-2.
“Masker kain menjadi kebutuhan baru semenjak pandemi Covid-19,” ujar Kepala Penelitian, Eugenia O’Kelly. “Di masa awal, masker N95 menjadi sangat terbatas, banyak penjahit yang kemudian membuat masker sendiri, untuk memenuhi permintaan yang tidak dapat dipenuhi, atau menghadirkan opsi lain yang lebih terjangkau,”ucapnya lagi.
Penelitian tersebut menguji semua bahan yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari kaos oblong, kaus kaki, jeans, sampai kantong vakum debu, dicoba untuk mengetahui bahan masker mana yang paling efektif menyaring partikel dalam kecepatan tinggi.
Pengujian juga dilakukan untuk masker N95 dan masker bedah yang umum dipakai oleh profesional kesehatan, untuk kemudian dibandingkan efektivitasnya. Terbukti masker N95 menyaring dengan baik udara yang masuk, namun kantong vakum –berbahan HEPA, yang dapat digunakan kembali, melebihi kinerja masker N95 dalam beberapa poin penilaian.
Studi juga menujukkan, secara umum masker kain yang terdiri dari beberapa lapisan menjadi yang paling efektif. Catatan tambahan, menerapkan teknik interfacing –istilah penjahitan untuk menguatkan kerah, juga membuat masker menyaring udara lebih baik namun konsekueninya menjadi lebih sulit bernapas.
“Sebagai seorang insinyur, saya ingin mempelajari lebih banyak tentang masker kain. Bagaimana material berbeda bekerja di kondisi yang berbeda, dan apa formula yang paling efektif,”ujar O’Kelly lagi.
Lebih lanjut dia secara khusus menjelaskan kalau bahan denim –jeans pada umumnya, “cukup efektif menghalangi partikel virus masuk, namun ketebalannya membuat sulit bernafas.
“Jadi mungkin bukan ide yang bagus untuk membuat masker dari celana jeans lama.”
Para peneiliti juga sempat menguji keefektifan masker dalam kondisi lembab atau setelah dicuci. Hasilnya, masker kain tetap bekerja sama baiknya meski lembab atau melalui satu kali proses mencuci. Namun para peneliti mengingatkan juga –sesuai hasil studi sebelumnya, masker akan berkurang efektivitasnya semakin sering dicuci.
Menemukan keseimbangan, antara efektivitas penyaringan dan kenyamanan untuk bernapas dinilai masih menjadi permasalahan. “Dengan tingkat filtrasi yang sama, masker N95 memberi kemudahan bernapas yang lebih baik ketimbang kombinasi kain apa pun,” ujar O’Kelly.
Namun, menurut dia setidaknya masker kain menjadi produk subtitusi yang nyatanya tidak kalah efektif dalam menekan risiko penularan Covid-19. “Penelitian ini menunjukkan, dalam situasi ketika masker N95 tidak tersedia, seperti saat awal pandemic, masker kain ternyata cukup efektif menyaring partikel yang mengandung virus bahkan dalam kecepatan tinggi,” tuturnya.
Selain memakai masker, pemerintah juga vokal menyuarakan untuk, menjaga jarak dan menghindari kerumunan, serta mencuci tangan sesering mungkin dengan sabun dan air mengalir sebagai bagian dari ‘Gerakan 3M’ dalam upaya menekan penyebaran virus Covid-19 di Indonesia.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan