Konsep bekerja dari rumah (work from home atau WFH) menjadi hal yang asing bagi banyak orang di awal tahun 2020. Namun semenjak pandemi Covid-19 menyerang, kondisi berubah drastis.
Data BPS per 1 Juni 2020 mencatat, 39,09 persen sejumlah pekerja melaksanakan WFH sejak awal ditetapkan pandemi, sementara 34,76 persen lainnya bekerja dari rumah dengan kombinasi harus ke kantor beberapa waktu. Sementara temuan survei dari Word Economic Forum menyebut, 91,7 persen perusahaan di Indonesia menerapkan WFH.
Berdasarkan kajian terpisah terhadap 31 juta pekerja dari 21 ribu perusahaan, World Economy Forum mendapatkan tiga kesimpulan dari WFH selama Covid-19. Waktu kerja lebih panjang, lebih banyak email yang dikirimkan, dan waktu rapat yang lebih singkat.
Melihat dari waktu antara email pertama dan terakhir yang dikirimkan atau rapat yang dihadiri dalam 24 jam, terdapat peningkatan rata-rata 48,5 menit jam kerja. Sementara jumlah email yang dikirim dan diterima dalam satu organisasi menunjukkan peningkatan lima persen.
Terkait rapat, jumlah rapat yang dihadairi tiap orang mengalami peningkatan 12,9 persen namun waktu rapat mengalami penurunan 20,1 persen. Ini berarti semenjak orang-orang menerapkan karantina, waktu rapat tiap orang mengalami pengurangan sekitar 18,6 menit.
“Belum jelas apakah peningkatan rata-rata waktu bekerja memberikan keuntungan atau kerugian bagi pekerja,” demikian kesimpulan dari laporan yang diusun oleh para peneliti dari Harvard Business School dan New York University.
Meski demikian, di satu sisi fleksibilitas waktu kerja memberi kesempatan bagi para karyawan untuk mengatur jadwalnya sendiri. Namun, di sisi lain, terdapat kaburnya ‘garis’ antara pekerjaan dan waktu hidup pribadi makin jamak ditemui.
Kelelahan Mental
Survei terbaru yang dilakukan Blind, sebuah (aplikasi komunitas workplace) mendapatkan 68 persen responden mengaku merasakan kelelahan mental yang lebih tinggi. Survei dilakukan terhadap lebih dari 3 ribu pekerja dari 40 perusahaan –mayoritas raksasa teknologi, seperti Amazon, Microsoft, T-Mobile, Apple, Linkedln, Google, dan lain-lain.
Survei berisikan empat pertanyaan dengah hasil secara umum: 68 persen merasakan kelelahan mental lebih dibandingkan bekerja dari kantor, 18 persen merasa lebih lelah saat bekerja di kantor, dan 14 persen merasakan tingkat kelelahan mental yang sama; 17 persen merasakan jam kerja yang lebih singkat, 60 persen merasakan jam kerja bertambah, dan 23 persen tidak merasakan ada perbedaan jam kerja di rumah dan di kantor.
Dua pertanyaan lain terkait dengan liburan dan hubungan dengan atasan. Terdapat 28 persen responden yang tidak melakukan rekreasi atau liburan sama sekali; dan sekitar 51 persen karyawan mengaku atasan mereka memahami kondisi kesehatan mental mereka, sementar 49 persen sisanya tidak merasakan hal yang sama.
Lebih lanjut, 74 persen pekerja yang disuvei dari Amazon mengaku WFH membuat mereka lebih lelah secara mental. Angkanya sedikit lebih rendah dibanding Microsoft (76 persen), Google (81 persen), dan Facebook (81 persen).
Temuan Blind ini didukung oleh studi Microsoft sebelumnya yang menemukan kalau semakin banyak orang yang lembur dan intensitas bekerja di akhir pekan semakin sering. Di sisi lain bekerja secara remote membuat tingkat stres lebih tingi dan kelelahan mental lebih cepat terjadi.
Berhadapan dengan kondisi seperti ini para raksasa teknologi tersebut pun berlomba-lomba membagikan petunjuk menjalankan gaya hidup WFH untuk menjaga kesehatan mental.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan