Dukung UMKM, Bea Cukai Soekarno Hatta Menilik Pesona Batik Banten

Katadata
Penulis: Tim Publikasi Katadata - Tim Publikasi Katadata
12/11/2020, 16.12 WIB

Tangerang – Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi dan meredam dampak pandemi Covid-19 di berbagai sektor, termasuk ekonomi. Pembatasan aktivitas keseharian masyakarat berpengaruh pada pola konsumsi dan aktivitas bisnis yang kemudian berimbas pada perekonomian.

Untuk itu, pemerintah berperan aktif dalam menggerakkan kembali perputaran uang, salah satunya mendukung para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Bea Cukai Soekarno Hatta juga menggali potensi industri berorientasi ekspor melalui sosialisasi, pembinaan, dan asistensi kepada para pelaku usaha dalam negeri. Bea Cukai juga menjadi mediator pelaku usaha dengan kementerian/lembaga terkait untuk permasalahan ekspor.

Bea Cukai Soekarno-Hatta melakukan kunjungan dan asistensi ekspor ke para pelaku UMKM, seperti pada 26 Oktober 2020 lalu. Kegiatan tersebut untuk mendukung program pemerintah dalam mendorong pengembangan UMKM sebagai penggerak ekonomi rakyat dan mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

“Kami mengunjungi Griya Batik Banten, UMKM lokal yang berada di wilayah Serang, Banten,” kata Kepala Kantor Bea Cukai Seokarno Hatta, Finari Manan, Kamis (12/11).

Dalam kunjungan tersebut, Finari mengatakan mengajak serta tim ekspor UKM dan Bidang Kepatuhan Internal, Hukum, dan Informasi Kanwil Ditjen. Kekayaan Negara Banten untuk menilik pesona batik Banten.

Melalui kunjungan Bea Cukai Soekarno-Hatta menjadi tahu bahwa Griya Batik dikembangkan putra daerah asli Banten bernama Uke Kurniawan, seorang pensiunan pegawai negeri sipil Departemen Pekerjaan Umum. Kisahnya berawal dari keterlibatan dalam berbagai kajian pemanfaatan ragam hias khas daerah pada gaya arsitektur dan budaya di masa lalu.

Dengan keuletannya, lahirlah beragam motif batik khas Banten yang merujuk pada jejak arsitektur dan benda-benda sejarah peninggalan Kesultanan Banten. Kelebihan Batik Banten antara lain setiap motif disertai dengan filosofinya. “Filosofi tersebut didapat Uke dari hasil kerja sama dengan para arkeolog dan sejarawan,” ujarnya.

Ia melanjutkan, batik merupakan ciri khas budaya Indonesia. Terlebih lagi Indonesia sedang berusaha mendongkrak ekonomi nasional dengan membeli produk lokal. “Ekonomi sedang terpuruk, tetapi tidak ada salahnya kita saling bahu-membahu menghadapi keadaan seperti ini dengan mencintai produk di negeri sendiri,” ujar Finari yang juga berkesempatan berkeliling melihat proses produksi batik Banten dengan menggunakan canting cap, yaitu alat yang menyerupai bentuk stempel dengan bahan yang terbuat dari tembaga dan ukuran relatif besar.