Sekolah Tatap Muka di Tengah Pandemi, Bagaimana Persiapannya?

ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/aww.
Penulis: Hanna Farah Vania - Tim Riset dan Publikasi
29/11/2020, 12.48 WIB

Sejak pandemi merebak pada awal Maret, pelajar dan mahasiswa merasakan pengalaman baru pada tahun ajaran 2020. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengeluarkan kebijakan kegiatan belajar mengajar dilakukan dari rumah masing-masing guna menghindari transimisi virus Covid-19. Namun, saat ini pemerintah berencana kembali membuka sekolah dan melakukan pembelajaran tatap muka awal 2021.

Sebelumnya hanya sekolah yang berada di zona hijau dan kuning yang boleh dibuka. Namun sekarang, pemerintah pusat memberikan kewenangan penuh kepada pemerintah daerah dan sekolah, juga pilihan bagi orang tua siswa terkait perizinannya. Pernyataan ini disampaikan Mendikbud Nadiem Makarim melalui kanal Youtube Kemendikbud (20/11). "Peta zonasi risiko tidak lagi menentukan pemberian izin tatap muka, tapi pemda yang menentukan dengan cara yang lebih gradual," kata Nadiem. 

Di satu sisi, temuan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 yang bertajuk “Analisis Data Covid-19 Indonesia” (15/11) menyatakan bahwa anak berusia 0-18 tahun menyumbang 11.25 persen pasien terjangkit virus Corona. Persentasenya bahkan lebih besar dari kelompok lansia.

Persentase Pasien Positif Covid-19 Berdasarkan Kelompok Usia (Katadata)

Ketua Satuan Tugas Covid-19 Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Yogi Prawira melihat proporsi ini cukup menggelisahkan. “Artinya 1 dari 10 orang yang terinfeksi adalah anak di bawah 18 tahun. Ini proporsi cukup mengkhawatirkan," ujar Yogi dalam talkshow BNPB bertajuk Hari Anak Sedunia: Anak Bebas Covid-19, Jumat (20/11/2020).

Melansir Kompas.com, Yogi mengutarakan bahwa anak-anak yang terpapar sebagian besar mengalami gejala ringan, bahkan tanpa gejala dengan angka mencapai 85 persen. Namun, tak sedikit pula yang menghadapi kondisi kritis dan dirawat di ICU. Perlu disayangkan pula bahwa keberadaan ICU anak masih kurang. Ia menilai anak-anak terutamanya terpapar dari anggota keluarga yang bekerja keluar rumah.

"Anak-anak juga bisa menularkan, kalau kita satu rumah ada berbagai kelompok usia, ada anak balita dan lansia harus hati-hati, berarti ada kelompok umur yang lebih berisiko," tuturnya.

 

Cara Aman Jalani Kegiatan Belajar Mengajar

Melihat perkembangan kasus Covid-19 pada anak-anak, Yogi belum bisa memberikan rekomendasi terkait belajar tatap muka. Meski begitu, mengutip Merdeka.com, Yogi memberikan tujuh tips agar tetap aman menjalankan kegiatan belajar mengajar di tengah pandemi.

Pertama, patuhi protokol kesehatan yang berlaku. Guru dan orang tua, harus terus mengingatkan anak dan satu sama lainnya untuk melaksanakan Protokol 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak). Bila perlu, sekolah menyediakan penjaga yang dibekali pengetahuan cukup mengenai Covid-19 agar menjadi penanggung jawab memantau semua orang di lingkungan sekolah.

Kedua, selain menerapkan 3M dengan ketat, perlu juga selalu ingat protokol VDJ (ventilasi, durasi, dan jarak). Sekolah perlu memastikan bahwa sirkulasi udara harus selalu baik dan terbuka, tidak berada dalam durasi yang lama di suatu tempat, dan selalu menghindari kontak erat dengan jarak kurang dari 1 meter. Tips ketiga adalah selalu menjaga kesehatan dan kekebalan tubuh anak dengan asupan nutrisi yang baik dan suplemen harian yang cukup. Lalu, jika tidak dalam keadaan darurat, disarankan agar tetap tinggal di rumah dan membatasi interaksi sosial.

Tips kelima adalah hindari stress agar kekebalan tubuh tetap terjaga. Keenam, terus menjaga kesehatan mental dengan menyisir berita yang didapatkan juga melakukan aktivitas yang meningkatkan suasana hati. Terakhir, usahakan menggunakan platform daring untuk berdiskusi atau bekerja kelompok

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan