Kementerian Kesehatan mencatat peningkatan kasus Covid-19 yang cukup signifikan dalam sepekan terakhir. Rata-rata penambahan kasus baru berkisar 8.000 hingga 10.000 per hari.
Tingginya angka positif Covid-19 pun mencuatkan kemungkinan varian virus corona telah masuk ke Indonesia. Namun, Juru Bicara Pemerintah untuk Satgas Penanganan Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito membantah hal tersebut.
"Sejauh ini belum ada laporan terkait strain baru di Indonesia," ujar Wiku kepada Katadata.co.id pada Senin (11/1).
Lebih lanjut, Wiku menyebut kenaikkan kasus disebabkan oleh tren kepatuhan protokol kesehatan yang menurun. Ditambah dengan libur akhir tahun yang berdampak pada meningkatnya kasus aktif mingguan.
Oleh karena itu, Satgas berupaya menurunkan jumlah kasus dengan meningkatkan kedisiplinan masyarakat terhadap protokol kesehatan. "Arahan dari Kepala Satgas untuk mengaktifkan kembali posko sebagai langkah strategis dalam memutus mata rantai penularan Covid-19," ujar Wiku.
Di sisi lain, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menjalin kerja sama dengan Kementerian Riset dan Teknologi atau Badan Riset dan Inovasi Nasional (KemenristekBRIN) untuk menyelenggarakan Surveilans Genom Virus SARS-CoV-2. Ada dua genomic suveillans yang akan dilaksanakan, yaitu Whole Genome Sequencing (WGS) dan Surveillance Genomic yang sifatnya spesifik.
Tujuannya untuk mengetahui epidemologi molekuler, karakteristik, dampak pada kesehatan, dan pelacakan kasus untuk manajemen pencegahan dan penanggulangan Covid-19. Dengan begitu, pemerintah bisa mengetahui lebih cepat karakteristik virus Covid-19. Sehingga dapat membantu mengurangi tingkat penularan dan meningkatkan kesembuhan.
Sebelumnya, Ahli Epidemiologi dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menyebut Indonesia sebagai ladang subur mutasi virus corona. Sebab, tingkat positif di Tanah Air cukup tinggi dan sebagian kasus tidak terdeteksi di masyarakat.
"Kita punya potensi melahirkan strain baru," kata Dicky kepada Katadata.co.id pada rabu (30/12).
Dengan potensi adanya mutasi virus di Indonesia, dia mengingatkan pemerintah melaksanakan 3T yaitu tes, telusur, dan tindak lanjut. Selain itu, pemerintah harus melaksanakan genomic sequencing terhadap pelaku perjalan dari luar negeri dengan hasil tes PCR positif. Selain nitu, pelaku perjalanan dari luar negeri harus diperiksa dan dikarantina selama 2 minggu.
Pemerintah juga perlu melacak orang-orang yang datang dalam satu bulan terakhir, terutama dari Inggris, Afrika Selatan, dan Denmark yang merupakan tempat ditemukannya varian baru virus corona.
"Cari mereka dan tanyakan apakah pernah sakit Covid-19. Jika positif, strain-nya harus diperiksa, itu langkah yang berat sekali tapi itulah strateginya menghadapi mutasi virus corona," ujarnya.
Dia juga meminta pemerintah melaksanakan pemeriksaan genom di tiap daerah dengan menguji 2-5% kasus psoitif Covid-19. Dengan begitu, pemerintah memiliki data yang lengkap untuk mengetahui ada tidaknya strain baru virus corona.
Di sisi lain, masyarakat juga harus menjalankan 5M, yaitu memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menghindari kerumunan, serta membatasi mobilitas. Hal itu merupakan kunci untuk mencegah penularan Covid-19.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan