Pfizer Siapkan 40 Juta Vaksin Covid-19 untuk Negara Miskin

Antara
Penulis: Doddy Rosadi - Tim Riset dan Publikasi
23/1/2021, 09.59 WIB

Perusahan farmasi Pfizer berpartisipasi dalam program COVAX dengan cara menyiapkan hampir 40 juta vaksin Covid-19 dan memberikan kepada Badan Kesehatan Dunia (WHO). Nantinya, vaksin tersebut akan disalurkan kepada negara miskin dan berpendapatan menengah.

Komitmen Pfizer itu disampaikan lewat konferensi pers virtual di Jenewa, Swiss, Jumat (22/1). Pfizer bersama rekanan kerjanya BioNTech adalah yang pertama kali mendapatkan izin pengggunaan darurat vaksin Covid-19 dari  Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat, Desember lalu.

Beberapa waktu lalu, Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengkritik perusahaan farmasi yang dinilai mengambil untung banyak dari pengadaan vaksin. Tedros menuding, perusahaan farmasi hanya menyalurkan vaksin kepada negara-negara kaya. Ini membuat negara miskin dan negara dengan pendapatan menengah kesulitan untuk membeli vaksin dengan harga yang terjangkau.

COVAX sendiri adalah program global yang bertujuan untuk memvaksinasi miliaran orang di 92 negara miskin dan berpendapatan menengah. Sebelumnya, COVAX sudah mendapatkan akses untuk 2 miliar dosis vaksin dari lima perusahaan farmasi lain, termasuk opsi untuk tambahan 1 miliar dosis lagi.

Sebelumnya, Pfizer tidak mau memberikan bantuan vaksin Covid-19 kepada negara miskin tanpa meraih keuntungan di masa pandemi. Namun, Pfizer dan BioNTech akhirnya mau memberikan vaksin tanpa mendapatkan keuntungan kepada negara miskin.

40 juta vaksin untuk negara miskin tersebut akan mulai disalurkan pada Maret 2021 secara bertahap.

“Perusahaan masih harus menyelesaikan perjanjian kerja sama yang sudah disepakati sebelumnya untuk menyalurkan vaksin. Namun demikian, kami dengan bangga bergabung dengan program COVAX sehingga negara berkembang juga punya akses yang sama mendapatkan akses. Ini akan mempercepat upaya kita semua keluar dari pandemi,”  kata CEO Pfizetr Albert Bourla, seperti dilansir dari Channelnewsasia.

Dr Seth Berkley, CEO GAVI yang merupakan bagian dari Aliansi Vaksin mengungkapkan, langkah yang diambil Pfizer itu merupakan lompatan besar dalam upaya mempermudah mendapatkan vaksin Covid-19.

Pfize sudah menyelesaikan proses uji vaksin kepada anak-anak berusia 12-15 tahun. Selanjutnya, perusahaan farmasi dari Amerika Serikat itu akan menguji vaksin Covid-19 yang mereka produksi kepada kelompok usia lain.

Vaksin Pfizer harus disimpan di tempat dengan temperatur tertentu yaitu minus 70 derajat. Karena itu, vaksin harus ditempatkan di tempat penyimpanan khusus. Sejumlah vaksin buatan Pfizer di Amerika tidak bisa dipakai karena tidak disimpan di tempat yang sesuai dengan ketentuan.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan akan segera menandatangani kontrak untuk membeli vaksin Covid-19 dari AstraZeneca dan Pfizer/BioNTech masing-masing sebanyak 100 juta dosis. Budi berharap finalisasi kontrak tersebut akan selesai dalam waktu dekat.

Kedua vaksin Covid-19 tersebut menambah daftar vaksin corona yang akan digunakan dalam program vaksinasi massal Covid-19 di Tanah Air. Sebelumnya Indonesia sudah menandatangani kontrak untuk membeli vaksin Sinovac sebanyak 125 juta dosis dan vaksin Novavax 100 juta dosis.

Budi mengatakan dari 269 juta masyarakat Indonesia, setidaknya harus ada 188 juta orang yang divaksin untuk mengejar kekebalan kelompok atau herd immnunity.

Dari total 188 juta jiwa tersebut, kata Budi, orang yang mempunyai penyakit bawaan atau komorbid berat, pernah terpapar Covid-19 dan ibu hamil tidak akan mendapatkan vaksin. Sehingga targetnya menjadi 181 juta jiwa.

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan