Vaksinasi Covid-19 ternyata tak hanya menjadi ranah pemerintah dan badan usaha. Sejumlah organisasi lintas golongan juga ikut membantu masyarakat terutama lansia dan penyandang disabilitas agar bisa mendapat akses serum kekebalan corona.
Salah satunya adalah Sentra Vaksinasi Serviam (SVS), yang awalnya dimotori alumni tiga sekolah binaan suster ursulin yakni Santa Ursula, Santa Maria, dan Santa Theresia. Mereka mendirikan posko vaksinasi di Sekolah Santa Ursula, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat mulai Sabtu (20/3).
Ketua Umum SVS Angela Basiroen mengatakan awalnya kegiatan ini merupakan bentuk pengabdian para alumni sekolah tersebut. Mereka lalu menggandeng Lembaga Daya Darma (LDD) milik Keuskupan Agung Jakarta, Karina Caritas Indonesia, hingga Nahdlatul Ulama yang memiliki jejaring kuat.
“Ini juga lintas agama karena latar belakang kami yang bermacam-macam,” kata Angela kepada Katadata.co.id, Sabtu (20/3).
Angela mengatakan awalnya suster ursulin diminta seorang Staf Kementerian Kesehatan agar membuat program demi mendukung vaksinasi pemerintah. Sang suster lalu mengontak dirinya agar menjalankan program tersebut. “Masa sih tidak bisa, akhirnya kami jalankan,” katanya.
Demi mempermudah pencarian sasaran vaksinasi, panitia lalu mengontak Direktur LDD Keuskupan Agung Jakarta Romo Kristiono Puspo Sj. Kristiono lalu mengajak NU serta mengusulkan agar para difabel juga menjalani vaksinasi. “Kita lempar permintaan tersebut ke Kemenkes, mereka setuju,” kata Angela.
LDD dan NU berperan mendata mereka yang membutuhkan vaksin untuk selanjutnya diberi suntikan di Santa Ursula. Angela mengatakan kegiatan ini minimal akan dilakukan hingga 31 Maret. “Kita mengacu kriteria yang diberikan Dinas Kesehatan dan Puskesmas Sawah Besar,” ujarnya.
Mereka juga menetapkan target yang tidak tanggung-tanggung, yakni 500 orang per hari. Meski demikian, hari ini SVS baru bisa memvaksin 292 orang lansia dan difabel lantaran ada beberapa dari mereka yang tak sesuai dengan batas usia 60 tahun. “Tapi kami yakin, Senin (22/3) bisa 500,” ujar Angela optimis.
Sedangkan Kristiono menjelaskan bahwa dirinya ingin penyandang disabilitas yang berusia lanjut untuk menerima vaksin agar tak ada masyarakat yang merasa tertinggal. Oleh sebab itu, ia akan mendata sebanyak-banyaknya mereka yang dikategorikan tuna rungu, tuna netra dan tuna wicara demia mendapatkan vaksin.
“Saya terinspirasi Paus Fransiskus bahwa tidak boleh ada yang tertinggal,” katanya.
Ide bekerja antar golongan dan agama ini dimaksudkan agar ada pemahaman bahwa vaksin memang ditujukan bagi semua orang. Oleh sebab itu ia mengajak Komandan Santri Siaga Bencana NU DKI Asep Sabar Utama.
Dia juga membuka kemungkinan ke depannya, akan lebih banyak organisasi lintas golongan yang bergabung dalam program ini. “Jadi yang penting jangan tanya berapa manusia yang mati, tapi tanya siapa yang bisa (bertahan) hidup dengan vaksin ini,” kata Kristiono.