Tingkat kematian akibat virus corona untuk kelompok lansia di Indonesia relatif tinggi. Oleh karena itu, vaksinasi Covid-19 bagi mereka penting. Namun lansia butuh pendekatan khusus, misalnya dengan jemput boleh oleh petugas, lantaran pelaksanaan di lapangan kadang tidak berjalan mulus.
Kepala BPOM Penny Lukito dalam salah satu kesempatan jumpa pers virtual menyatakan, berdasarkan data yang diperoleh dari Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KCPEN), angka kematian lansia akibat virus corona 47,3 persen. Karena itu, pemerintah menetapkan pemberian vaksin yang tersedia, yaitu Coronavac, menjadi prioritas bagi kelompok ini.
Meskipun kesadaran pentingnya vaksinasi Covid-19 bagi kelompok lansia sudah ada, bukan berarti pelaksanaan riilnya tanpa kendala. Mengutip publikasi dalam akun @pandemictalks, terdapat sejumlah kesulitan dalam vaksinasi lansia. Tidak hanya simpang siur informasi tata cara pendaftaran, lansia juga kesulitan mendaftar, serta pelanggaran protokol kesehatan di tempat vaksinasi.
Misalnya terkait informasi pendaftaran, beredar kabar cukup beragam. Ada yang menyebutkan melalui aplikasi PeduliLindungi.id, tautan yang beredar via WhatsApp, hingga langsung hadir ke lokasi penyuntikan dengan membawa KTP. Akibatnya, terjadi antrean panjang di beberapa fasilitas kesehatan lantaran mereka mengira bisa langsung datang untuk vaksinasi.
Pandemictalks melansir, seorang lansia di Jakarta Barat, Raharjo, 78 tahun, kesulitan mendaftar vaksinasi. Pasalnya, ia tinggal seorang diri dan tidak memiliki ponsel pintar guna mengakses tautan pendaftaran vaksinasi. Terlebih, Raharjo asing dengan perangkat teknologi informasi.
Meskipun demikian, vaksinasi terus berlangsung, dengan target 21,5 juta orang. Prosesnya sudah berjalan sekitar setengah bulan, dimulai bertahap yang diawali dari DKI Jakarta dan ibu kota provinsi lain terutama di Pulau Jawa dan Bali.
Sejak jauh-jauh hari, Penny mengingatkan agar dalam proses vaksinasi kepada para lansia dilakukan dengan hati-hati. Sebab, kelompok ini kebanyakan memiliki komorbid atau penyakit penyerta.
“Proses screening menjadi sangat kritikal, sangat penting sebelum dokter memberikan persetujuan pemberian vaksinasi. BPOM telah mengeluarkan fact sheet kepada tenaga kesehatan yang dapat menjadi acuan dalam melaksanakan screening,” kata Penny.
Proaktif Jemput Bola Vaksinasi Lansia
Dengan mempertimbangkan karakteristik populasi lansia maka dibutuhkan pendekatan khusus agar proses vaksinasi untuk kelompok ini berjalan optimal. Salah satunya pendekatan proaktif jemput bola, misalnya dengan melibatkan remaja / karang taruna, bidan desa, dan kader kesehatan di berbagai wilayah.
“Kepala daerah perlu ikut mengkampanyekan pentingnya vaksinasi lansia. Kader kesehatan bisa membantu puskesmas memastikan seluruh lansia di wilayah bersangkutan sudah terdaftar melalui data yang dimiliki RT / RW / keluharan / kecamatan,” demikian tertulis dalam publikasi pada akun @pandemictalks.
Saat ini, ada dua mekanisme pendaftaran vaksinasi lansia, yaitu berbasis fasilitas kesehatan dan vaksinasi massal. Yang berbasis faskes, registrasi bisa melalui link kemkes.go.id, sehatnegeriku.kemkes.go.id, atau covid19.go.id lalu dinas kesehatan provinsi menentukan jadwalnya. Yang pasti, lokasi akan berada di puskesmas atau rumah sakit pemerintah.
Sementara untuk vaksinasi massal akan sesuai aturan instansi, organisasi keagamaan, atau organisasi kemasyarakatan yang bekerja sama dengan Kemenkes serta dinas kesehatan. Nantinya, tempat pelaksanaan vaksinasi menyesuaikan aturan instansi terkait.
Melihat kondisi daerah yang berbeda-beda maka mekanisme pendaftaran bisa bervariasi. Oleh karena itu, pemerintah daerah dibantu faskes perlu terus mensosialisasikan vaksin sekaligus mengkomunikasikan alur pendaftaran terbaru secara berkala.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan