Badan Pusat Statistik mencatat, mobilitas penduduk di dalam rumah semakin berkurang. Masyarakat semakin berani keluar rumah seiring vaksinasi yang sedang berjalan.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto menyebutkan bahwa mobilitas penduduk di rumah berkurang dari 7,1% pada Februari 2021 menjadi 5,7% pada Maret. "Mungkin karena semakin banyaknya masyarakat yang divaksin sehingga menyebabkan keyakinan masyarakat untuk keluar," kata Setianto dalam Konferensi Pers Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Maret 2021, Kamis (1/4).
Keberanian masyarakat untuk keluar rumah juga terlihat dari kenaikan persentase mobilitas penduduk di berbagai tempat publik. Di tempat perdagangan retail dan rekreasi, mobilitas masyarakat naik dari minus 22,2% menjadi 17% pada Maret 2021.
Mobilitas di tempat belanja kebutuhan sehari-hari terlihat peningkatan dari minus 5,1% menjadi tumbuh positif 1,8%. Sedangkan pergerakan masyarakat di taman membaik dari negatif 25% menjadi minus 17,5%.
Mobilitas penduduk di tempat transit juga meningkat dari kontraksi 35,9% menjadi terkontraksi 30,8%. Bahkan, di tempat kerja pun pergerakan masyarakat mulai meningkat dari negatif 28,3% menjadi 25,6%.
Kendati begitu, Setianto mengingatkan bahwa masyarakat tetap harus berhati-hati saat bepergian keluar rumah. "Walau ada vaksin, kita tetap harus mejaga protokol kesehatan," ujar dia.
Protokol kesehatan mencakup gerakan 3M, yakni menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Selain itu, masyarakat juga harus menghindari kerumunan dan membatasi mobilitas.
Pemerintah memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro pada 9-22 Maret 2021. Namun berbeda dengan pembatasan sebelumnya, saat ini fasilitas umum mulai diizinkan untuk buka dengan kapasitas maksimal 50%.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengingatkan masyarakat bisa menjaga produktivitas bersamaan dengan kewajiban disiplin protokol kesehatan. Sedangkan pemerintah akan terus memantau dan mengevaluasi selama perpanjangan pembatasan. “Prinsipnya, pandemi tak seharusnya menghalangi masyarakat, tetapi dalam ambang batas terkendali,” kata Wiku dalam konferensi pers, Selasa (10/3).
Peringatan ini sejalan dengan niat sejumlah daerah untuk melonggarkan hiburan usai PPKM diperpanjang. Pemerintah Kota Solo misalnya, akan membuka kembali bioskop, pertunjukan wayang orang, dan ketoprak.
Sementara di Bali, jam operasional restoran, warung, mal, hingga pusat belanja diperpanjang hingga pukul 22.00 WITA. Tak hanya itu, upacara adat, agama, dan sosial budaya yang semula disarankan ditunda atau dihentikan, kini diperbolehkan dengan kapasitas separuh. Pemerintah Kabupaten Bogor, Jawa Barat juga membolehkan operasional bioskop saat perpanjangan PPKM. Meski demikian, kapasitas dan jam buka tempat menonton masih dibatasi.
Ahli juga mengingatkan potensi meningkatnya Covid-19 jika pemerintah dan masyarakat lengah. Epidemiolog dari Universitas Airlangga Laura Navika Yamani mengatakan jika protokol kesehatan tak dijalankan, peningkatan kasus virus corona bisa terjadi. Indonesia saat ini belum dapat dikatakan berhasil mengendalikan penularan corona lantaran kasus belum menurun signifikan.
"Kalau tambahan kasus 1.000 orang per hari, baru anggap bisa kendalikan kasus karena puncaknya sudah tercapai," ujar dia.
Ikatan Dokter Indonesia mengatakan makan di restoran saat ini masih menjadi salah satu risiko penularan Covid-19. Apalagi saat ini muncul varian baru Covid-19 yakni B.1.1.7 yang penyebarannya lebih cepat. Oleh sebab itu mereka menyarankan masyarakat memanfaatkan layanan pesan antar sebagai alternatif maskan di restoran.
“Karena kita makan minimal dengan keluarga yang bisa kita yakini kesehatan dan protokol kesehatannya,” kata Ketua Tim Pedoman & Protokol dari Tim Mitigasi PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Dr dr Eka Ginanjar.