Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendorong Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk masuk ke pasar ekspor. Menurut Jokowi, saat ini 90% pelaku ekspor adalah UMKM, namun kontribusi ekspornya hanya 13%.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Surakarta, Heri Purwoko mengatakan, salah satu kendala lemahnya UMKM merambah pasar luar negeri karena kurangnya jaringan. Kemudian, adanya kekurangan modal, lemahnya inovasi pada kemasan, serta tidak adanya badan hukum atau legalitas pada mereka.
“Di sini UMKM kita di Surakarta berjumlah 40 ribu UMKM. Dinas kami UMKM itu membina 3.500 UMKM. Terus, dinas perdagangan ada pembinaanya, kemudian dinas pariwisata, industri dan pertanian. UMKM kita bagi berapa bidang atau sektor, yaitu makanan minuman, kriya dan fashion,” kata dia dalam Webinar Katadata Bangga Buatan Indonesia 2021: Membawa Produk UMKM Ke Kancah Global, Selasa (25/5).
Oleh karenanya, Heri menuturkan, guna menjembatani lebih jauh UMKM kepada para konsumen, pihaknya gencar melakukan pelatihan-pelatihan dari hulu hingga hilir. Menurut dia, pandemi covid-19 membuat pelaku UMKM semakin banyak, sehingga pihaknya perlu mengajari mereka dari ilmu paling dasar.
“UMKM juga kita ada bantuan presiden. Tahun 2020 sebesar Rp2,4 juta. Tahun ini Rp1,2 juta per UKM. Yang kita daftarkan di 2020 adalah 35 ribu UMKM dan sebagian besar cair. Sebagain kecil ada persyaratan,” ujaranya.
Selain bantuan tersebut, sambung dia, pemerintah kota Surakarta juga melakukan kerjasama dengan perusahaan e-commerce, seperti Shopee Indonesia. Dalam kerja sama ini, pelaku UMKM bisa melakukan penjualan dengan memanfaatkan fitur yang ada di e-commerce tersebut.
Ia menjelaskan, Shopee Indonesia dan Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming belum lama ini meresmikan Kampus UMKM Shopee Ekspor, sebagai kolaborasi strategis untuk mempersiapkan UMKM Surakarta Go Ekspor. Melalui Kampus UMKM Shopee, maka dapat memberikan layanan serta fasilitas komprehensif kepada seluruh pelaku UMKM.
“Kami setuju mengenai visi dari Bangga Buatan Indonesia. Dalam arti kita jangan mengada-ngada mengenai buatan negeri sendiri. Zaman dulu kalau Made in Jepang atau Cina kita bangga. Ini dibalik, kita sosialisasi agar Bangga Buatan Indonesia,” ucap dia.
Pada kesempatan sama, Direktur Shopee Indonesia Handhika Wiguna Jahja juga mengungkap sulitnya UMKM Indonesia ke kancah global. Menurut dia, UMKM di Indonesia masih dihadapkan dengan masalah operasional. Misal, adanya perbedaan bahasa antar warga negara luar membuat para UMKM kesulitan dalam memasarkan produk.
“Kemudian, contoh pembayaran harus di transfer dari uang dolar atau ringgit ke rupiah. Lalu bahasa, bagaimana UMKM kita melayani pembeli yang tidak bisa Bahasa Indonesia,” kata dia.
Maka dari itu, kata dia, pihaknya melalui UMKM Go Online maupun UMKM Go Ekspor akan fokus pada persoalan edukasi. Menurut dia, edukasi diperlukan agar UMKM tidak hanya dapat menjangkau pembeli yang ada di luar negeri, tapi juga dapat memasarkan produk dengan branding dan marketing yang kuat.
“Tentunya nomor satu kita lakukan adalah edukasi. Bagaimana oang tahu apa yang bisa dilakukan dan dicapai itu lewat edukasi. Pemerintah kota selalu kita ajak MoU kerjasama, kick start dengan program edukasi. Kita minta para komunitas lokal binaan dari pemerintah untuk ikut pada edukasi,” ucapnya.
Kemudian, Pendiri dan Direktur Utama Erigo, Muhammad Sadad, juga menekankan pentingnya para pelaku usaha untuk terus belajar, baik itu berasal dari masukkan para konsumen. Menurut dia, kunci daripada melakukan bisnis adalah di operasi dan memiliki komitmen untuk terus naik kelas.
“Apabila saat ini para pelaku usaha dalam artian kualitas belum bagus ya tidak apa-apa. Tapi harus naik kelas, jangan stay di comfort zone,” kata Sadad.