Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) di Amerika Serikat mengumumkan masyarakat yang sudah mendapatkan vaksinasi Covid-19 secara penuh tidak perlu menggunakan masker saat berada di ruang umum. Namun, hal ini dikecualikan di beberapa area berisiko tinggi seperti rumah sakit, panti jompo, dan transportasi umum.
Beberapa negara juga telah memberlakukan bebas masker saat mayoritas warganya telah melakukan vaksinasi virus corona. Mengutip artikel dari situs Global Alliance for Vaccines and Immunisation (GAVI), Israel menjadi negara pertama yang mencabut aturan wajib masker saat kasus infeksi Covid-19 berada di titik terendah pada April. Sekitar 70 persen populasi telah divaksinasi.
Adapun Bhutan menerapkan kebijakan bebas masker setelah 90 persen penduduknya divaksinasi. Sementara Selandia Baru, menerapkan intervensi non-farmasi seperti pelacakan dan isolasi ketat jika terdapat kasus aktif Covid-19. Negara ini juga tidak menerapkan pemakaian masker pada penduduknya.
Tiongkok juga tidak lagi mewajibkan masker setelah mampu mengendalikan wabah melalui lockdown ketat. Meskipun, negeri Tirai Bambu ini merupakan salah satu yang paling parah terdampak pandemi.
CDC Amerika Serikat mengklaim keputusan pembebasan masker berdasarkan hasil studi terhadap pekerja kesehatan di Rumah Sakit St. Jude, Memphis, Tennessee. Mereka yang telah menerima dua dosis vaksin Pfizer, 75 persen lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami infeksi tanpa gejala.
Ini berarti ketika seseorang sudah divaksinasi dan tidak menunjukkan gejala infeksi, kemungkinan mereka untuk menyebarkan virus tanpa terdeteksi lebih kecil. Namun, belum ada kejelasan apakah vaksin lainnya sama baiknya dalam mencegah infeksi tanpa gejala.
Namun, pendekatan pembebasan masker belum sepenuhnya menjadi pilihan yang tepat. Terutama mengingat terdapat kelompok populasi anak-anak yang belum belum menerima vaksin. “Mengingat bahwa anak-anak belum divaksinasi di banyak negara, terus menerapkan penggunaan masker meskipun orang dewasa sudah divaksinasi mungkin penting,” seperti dikutip dari situs GAVI.
Menurut GAVI, tantangan utama kebijakan saat ini adalah memastikan apakah seseorang yang tidak memakai masker benar-benar telah divaksinasi atau hanya sekedar karena bosan memakainya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tetap menyarankan orang yang tinggal di wilayah dengan jumlah penularan Covid-19 yang tinggi harus tetap memakai masker meski telah menjalani vaksinasi lengkap.
"Vaksin memang menyelamatkan nyawa. Namun, jika hanya bekerja sendiri, tidak cukup," mengutip pernyataan WHO kepada AFP, Jumat (14/5).
Maria Van Kerkhove selaku Pemimpin Riset Covid-19 WHO mengingatkan, adanya bahaya varian baru virus corona. Sementara menurut Kepala Ilmuwan WHO, Soumya Swaminathan, vaksinasi tidak efektif mencegah 100 persen infeksi.
"Kalian bahkan bisa menderita gejala ringan setelah vaksinasi. Vaksinasi saja tak menjamin tak akan terinfeksi atau dapat menularkan ke orang lain," ujar Swaminathan seperti dikutip dari CNN, Sabtu (15/5).
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan