EDISI KHUSUS | Jelajah Jalan Raya Pos

Kisah Jalan Raya Anyer-Panarukan yang Perluas Layanan Pos Indonesia

ANTARA FOTO/Novrian Arbi/aww.
Ilustrasi. PT Pos Indonesia.
Penulis: Sorta Tobing
6/8/2021, 09.00 WIB

Sejarah PT Pos Indonesia begitu panjang. Kantornya pertama kali berdiri di Batavia (sekarang Jakarta) pada 26 Agustus 1746 atas instruksi Gubernur Jenderal GW Baron van Imhoff.

Tujuan pendirian kantor tersebut adalah untuk menjamin keamanan surat para penduduk. Terutama bagi mereka yang berdagang dari luar Jawa dan penduduk yang datang atau pergi ke Belanda.

Namun, pemicu utama pembangunan adalah wabah malaria pada 1733 dan tragedi pembunuhan terhadap warga Tiongkok pada 1740. Kedua peristiwa itu menyebabkan kerugian besar ke sektor perdagangan. 

Mengutip dari buku The Archives of Dutch East India Company (VOC) and the Local Institution in Batavia (2007) Karya Louisa Baik dan kawan-kawan, van Imhoss yang berkuasa dari 1743 sampai 1750 mencari jalan keluar untuk masalah itu. 

Salah satunya dengan pembentukan perusahaan pos. Gedung pos tersebut kini masih ada di kawasan Gambir, Jakarta Pusat. Sekarang banyak orang menyebutnya Gedung Filateli.

Van Imhoff kemudian membuka kantor pos keduanya di Semarang pada 1750. Fungsinya untuk menciptakan jalur perhubungan pos yang teratur antara Semarang dan Batavia. 

Rute perjalanan pos ketika itu adalah melalui Karawang, Cirebon, dan Pekalongan. Jalur tersebut kemudian menjadi lebih singkat setelah Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels membangun Jalan Raya Pos Anyer-Panarukan di awal abad ke-19.

Kehadiran Jalan Raya Pos atau De Grote Postweg kian memperlancar akses distribusi informasi di Hindia Belanda. Dalam Colonial Exploitation and Economic Development (2013) karya Ewout Frankema menyebutkan, jalan itu dibangun pada masa awal Gubernur Daendels berkuasa (1808-1811). 

Halaman: