Sepertiga dari 640 Dokter Meninggal pada Juli, Tertinggi saat Pandemi

Muhammad Zaenuddin|Katadata
Petugas medis membersihkan diri di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Senin (21/6/2021). IDI mencatat 199 dokter meninggal dunia pada Juli 2021 lalu, tertinggi selama pandemi.
5/8/2021, 12.11 WIB

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencatat dokter yang meninggal dunia selama Juli lalu mencapai 199 orang. Angka tersebut merupakan yang tertinggi selama pandemi Covid-19.

Jumlah kematian tersebut juga melonjak 282% dibandingkan kematian dokter pada bulan sebelumnya sebanyak 52 orang. Dengan demikian, total kematian dokter selama pagebluk mencapai 640 orang hingga 3 Agustus 2021.

"Betul (total kematian capai 640 orang akibat Covid-19)," kata Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar IDI Adib Khumaidi kepada Katadata.co.id, Kamis (5/8).

Dari 640 kematian tersebut, profesi yang paling banyak gugur ialah dokter umum, sebanyak 347 dokter. Kemudian, dokter spesialis 284 orang, dan 9 dokter residen.

Secara rinci, dokter spesialis yang meninggal meliputi 46 orang dokter obstetri dan ginekologi, 34 orang ilmu kesehatan anak, 32 orang ilmu penyakit dalam, 19 orang ilmu bedah, dan 17 orang anestesiologi. Kemudian, dokter spesialis THT meninggal sebanyak 17 orang, ilmu kesehatan jiwa 15 orang, pulmonologi 13 orang, mata 12 orang, dan radiologi 10 orang.

Berdasarkan wilayah, mayoritas dokter yang meninggal berlokasi di Jawa Timur yaitu 140 orang. Kemudian, dokter yang wafat di Jawa Tengah sebanyak 96 orang, DKI Jakarta dan Jawa Barat masing-masing 94 orang, Sumatera Utara 43 orang, dan Sumatera Utara 43 orang. Selanjutnya, Sulawesi Selatan-Barat 27 orang, Banten 21 orang, Yogyakarta 15 orang, Riau 13 orang, dan Sumatera Selatan 12 orang.

Sementara, kematian dokter karena Covid-19 terendah di Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, dan Gorontalo dengan jumlah masing-masing 2 orang. Sedangkan Maluku Utara dan Papua sebanyak 1 orang di setiap provinsi. Adapun, sebanyak 535 orang atau 84% dokter yang meninggal merupakan laki-laki. 

Makin terancamnya tenaga kesehatan melawan Covid-19 membuat pemerintah memberikan dosis ketiga vaksin alias booster dengan merek Moderna asal Amerika Serikat. Keputusan tersebut sudah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI).

"Sehingga vaksin bisa memberikan kekebalan maksimal terhadap variasi mutasi virus yang ada," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin 9 Juli lalu.

Booster dianggap penting lantaran para tenaga kesehatan memiliki risiko tinggi terpapar Covid-19. Mantan Direktur Utama Bank Mandiri itu mengatakan, vaksinasi dosis ketiga hanya diberikan kepada tenaga medis. "Karena memang kondisi vaksinasi masih belum mencapai seluruh target vaksinasi," katanya.

Reporter: Rizky Alika