EDISI KHUSUS | Jelajah Jalan Raya Pos

Jalan Raya Pos: Sejarah Singkat hingga Fakta Jalan Daendels

ANTARA FOTO/PUSPA PERWITASARI
Kendaraan melintasi rest area di Masjid At Taqwa, Desa Munggangsari, Purworejo, Jawa Tengah, Jumat (10/5/19). Pemudik yang melintasi jalur Daendels dapat beristirahat disela-sela perjalanan dengan memanfaatkan rest area yang tersedia di sepanjang jalur tersebut seperti Masjid At-Taqwa Grabag.
Penulis: Siti Nur Aeni
Editor: Redaksi
7/8/2021, 08.00 WIB

Jalan raya pos dibangun sepanjang kurang lebih 1.000 kilometer di Pulau Jawa. Jalan Daendels, begitu sebutan lainnya, membentang dari Anyer hingga Panarukan.

Jalanan ini memiliki sejarah panjang dan sangat mendarah daging di benak bangsa Indonesia. Bagaimana sejarah dari Jalan Raya Pos dan apa saja fakta menariknya?

Sejarah Singkat Jalan Raya Pos

Tahun 1808

Pada 25 April 1808, Herman Williem Daendels tiba di Batavia, sekarang disebut Jakarta. Dia menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-36. Proyek pertamanya di Bumi Pertiwi ini yakni membangun mega infrastruktur berupa jalur transportasi darat yang menghubungkan sisi timur dan barat Pulau Jawa. 

Pembangunan jalan raya ini dimulai pada 29 April 1808. Daendels sempat melakukan perjalanan awal dari Buitenzorg (Bogor) ke Semarang. Dia mengamati kondisi jalan yang dilewatinya buruk sehingga kurang efektif untuk kepentingan militer ataupun ekonomi.

Setelah itu, diutuslah Kolonel von Lutzow untuk melihat dan memetakan jalanan dari Bogor hingga Cirebon. Dari hasil survei ini, Daendels membuka proyek pertama pembangunana jalan pos dari Bogor hingga Cirebon melalui Karangsembung. Pada 25 Mei 1808, projek tersebut selesai. Jalannya sudah dapat dilalui kereta kuda.

Tidak puas sampai di Cirebon, Daendels melanjutkan proyek pembangunan jalan tersebut sepanjang pesisir utara Pulau Jawa. Proyek Jalur Pantura tersebut lalu dilanjutkan oleh para bupati atas perintah Daendels.

Keputusannya untuk melimpahkan tugas ke bupati tidak selalu berjalan mulus. Daendels justru kesulitan membangun komunikasi terkait progres dari pembangunan yang diimpikannya. Pada 29 Mei 1808, ia memerintahan para residen dan bupati untuk mengirimkan pegawainya yang akan memegang pelayanan pos sepanjang Jalan Pantura tersebut.

Pada 18 Juni 1808, Daendels mengeluarkan peraturan sementara tentang dinas pos yang berdiri di Batavia, Semarang, dan Surabaya. Di sana dijelaskan bahwa sepanjang jalan yang sedang dibuat akan dilalui petugas pos. Tempat istirahat lengkap dengan fasilitas seperti kuda, kereta pos, dan peralatan pos lainnya didirikan.

Agustus 1808, wabah penyakit menghampiri para pekerja di proyek Jalan Daendels. Hal ini seiring pembangunan jalan mulai memasuki daerah Pekalongan yang dipenuhi rawa dan hutan. Untuk mengatasi wabah tersebut, Gubernur Daendels mengutus dinas kesehatan militer di Batavia untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Memasuki bulan September, pembangunan jalan ini sudah sampai di Batang, Kaliwungu, Kendal, Semarang, Demak, Kudus, Juwana, Rembang, dan Surabaya. Lanjut ke bulan November, Daendels mengunjungi pantai di daerah Surabaya dan melihat potensi besar dari wilayah tersebut terutama untuk kepentingan pertahanan. Kemudian diambil keputusan untuk melanjutkan pembangunan jalan pos hingga ke ujung timur Pulau Jawa.

Tahun 1809

Tahun berganti. Mega proyek masa kolonial ini belum berakhir. Pada 2 Februari 1809, Gubernur Jenderal Daendels mengeluarkan peraturan mengenai keamanan dari Jalan Pos ini. Juni 1809, proyek dilanjutkan sampai Pasuruan yang melewati Porong, Sidoarjo, dan Bangil. Dari daerah Pasuruan inilah pembangaunan berlanjut hingga Panarukan. Sementara itu, wilayah Banyuwangi tidak dibangun jalan panjang ini karena dipenuhi dengan hutan, hewan buas, dan tanah yang berawa.

Akhir 1809, tepatnya 12 Desember, resmi ditetapkan peraturan Dinas Pos, Inspeksi Jalan, serta penginapan di daerah Pulau Jawa. Peraturan Sementara tentang Dinas Pos yang pernah dikeluarkan Juni 1808 resmi diganti. Dari peraturan inilah inspeksi jalan dan penginapan yang dibangun bisa dimanfaatkan oleh para pendatang yang melewatkan Jalan Pantura ini.

Daerah-daerah yang Dilalui Jalan Pos

Sudah kita ketahui bahwa Jalan Raya Pos ini membentang hingga 1.000 kilometer. Jalanan ini melalui beberapa kota seperti Anyer, Tangerang, Jakarta, Bogor, Cianjur, Bandung, Sumedang, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Demak, Kudus, Rembang, Tuban, Gresik, Surabaya, Probolinggo, dan Panarukan. Daeah-daerah tersebut kemudian dikenal juga sebagai daerah Pantura atau Pantai Utara.

Fakta-Fakta tentang Jalan Daendels

Selain memiliki cerita panjang dalam sejarah pembuatannya, Jalan Raya Pos ini juga memiliki berbagai fakta menarik. Apa saja fakta-faktanya?

1. Dibangun oleh Jenderal yang Terkenal Bertangan Dingin

Sejak awal kedatangannya di Anyer, Banten pada 14 Januari 1808, Daendles resmi memimpin Hindia Belanda. Selama menjadi orang pertama di negeri jajahan ini, ia terkenal sebagai pemimpin yang kejam dan bertangan dingin.

2. Terinspirasi dari Imperium Romawi

Jalan Raya Pos ternyata merupakan inspirasi dari Imperium Romawi. Semasa kekuasaan Byzantine juga membangun jalan pos dengan nama Curcus Publicus. Daendles mencontoh hal tersebut dengan tujuan agar logistik dan mobilitas pasukan Hindia Belanda di Pulau Jawa lancar dan Jawa tetap menjadi daerah kekuasaannya.

3. Tujuan Pembangunan Beragam

Meskipun awalnya hanya untuk mempermudah mobilitas, namun semakin lama Jalan Daendels ini memiliki banyak tujuan mulai dari komunikasi, ekonomi, hingga militer. Dari segi komunikasi, jalan raya ini mempersingkat waktu pengiriman pesan. Dari sisi ekonomi, jalan ini meringankan ongkos pengangkutan sehingga kesempatan untuk ekspor semakin tinggi. Sedangkan dari segi militer, Jalan Raya Pos mempermudah pasukan Belanda yang ada di sekitar Pulau Jawa.