EDISI KHUSUS | Jelajah Jalan Raya Pos

Kisah Gunung Tangkuban Perahu dan Pesona Alamnya

disparbud.jabarprov.go.id
Salah satu kawah di kawasan Tangkuban Perahu
Editor: Redaksi
18/8/2021, 15.15 WIB

Kawah Domas

Kawah Domas terletak pada dataran yang lebih rendah dari Kawah Ratu. Jika melalui jalan baru, Anda akan menemukan gerbang Kawah Domas terlebih dahulu sebelum menuju Kawah Ratu.

Di Kawah Domas, Anda bisa melihat lebih dekat dengan kawah. Bahkan, Anda bisa mencoba merebus telur dengan memasukkannya ke dalam kawah. Jam buka Kawah Domas terbatas, jika Anda datang setelah pukul 16.00 WIB, Anda diharuskan menggunakan jasa pemandu wisata.

Pemandangan Manarasa

Daerah Tangkuban Perahu dipenuhi pepohonan yang rimbun. Pepohonan tersebut dikenal dengan nama Manarasa oleh penduduk sekitar. Daun pohon akan berubah menjadi kemerahan jika sudah tua. Daun merah itu dapat dimakan, rasanya mirip dengan daun jambu biji yang sedikit asam. Oleh penduduk sekitar, daun ini dipercaya dapat mengobati diare dan membuat awet muda.

Sejarah Gunung Tangkuban Perahu

Menurut artikel yang ditulis sejarawan Drs. Tarunasena dari Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia, sejarah Gunung Tangkuban Perahu bermula dari cerita rakyat zaman dahulu.

Awalnya, seorang puteri raja bernama Dayang Sumbi diasingkan ke dalam hutan karena hamil di luar pernikahan. Dayang Sumbi kemudian melahirkan anak bernama Sangkuriang. Setelah dewasa, Sangkuriang pergi merantau untuk menuntut ilmu.

Sangkuriang terus berpindah dari satu pertapaan ke pertapaan lainnya hingga ia menjadi sakti. Tanpa sadar, Sangkuriang kembali ke hutan tempat ia dilahirkan dan bertemu Dayang Sumbi, ibu kandungnya. Ternyata, Dayang Sumbi memiliki kesaktian sehingga tampak awet muda seperti gadis remaja.

Sangkuriang terpesona dan jatuh hati hingga mabuk kepayang. Ia tetap tidak percaya bahwa wanita tersebut adalah ibu kandungnya meskipun Dayang Sumbi sudah menjelaskan. Sangkuriang bersikeras ingin menikahi Dayang Sumbi. Lalu, Dayang Sumbi meminta mas kawin khusus.

Sangkuriang harus membuat danau dan perahu dalam waktu satu malam. Untuk menjalankan tugasnya, Sangkuriang dibantu oleh Guriang Tujuh, yaitu makhluk yang tinggal di pegunungan. Semua pohon di hutan tersebut ditebang dan kini terkenal dengan nama Bukit Tunggul.

Potongan kayu tersebut digunakan untuk membendung sungai sehingga terciptalah sebuah danau. Sebatang pohon yang paling besar dibuat oleh Sangkuriang menjadi sebuah perahu. Pekerjaan Sangkuriang hampir selesai, padahal belum mencapai satu hari.

Melihat hal tersebut, Dayang Sumbi khawatir. Ia membunyikan lesung yang membangunkan ayam jantan sehingga berkokok. Sangkuriang terkejut oleh bunyi kokok ayam jantan, para Guriang Tujuh juga kabur tanpa menyelesaikan pekerjaan.

Amarah Sangkuriang meledak sehingga ia mengejar Dayang Sumbi yang berlari ketakutan. Dayang Sumbi meminta pertolongan Dewata Agung, dalam sekejap tubuhnya menghilang bersama cahaya pagi. Tempat hilangnya tersebut hingga kini dikenal sebagai Gunung Putri.

Sangkuriang marah dan kecewa karena tidak berhasil menemukan Dayang Sumbi. Tak kuasa menahan amarahnya, Sangkuriang menendang perahu yang belum selesai dibuat hingga perahu terbalik.

Bentuk perahu yang terbalik itu berubah menjadi sebuah gunung yang kini dikenal dengan nama gunung Tangkuban Perahu.

Halaman: