Rasio Positif 4,5% di Bawah Acuan WHO, Kasus Covid-19 RI Tambah 7.201

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/hp.
Tenaga kesehatan puskesmas Kecamatan Menteng melakukan tes usap antigen dan PCR gratis kepada petugas PPSU dalam pelaksaan Program Seruling di RPTRA Amir Hamzah, Menteng, Jakarta, Selasa (7/9/2021). Program yang dinamakan Seruling (Swab Seru Keliling) itu dilaksanakan setiap Selasa, Kamis, dan Jumat di lokasi yang berbeda-beda yang bertujuan untuk memutus penularan COVID-19 dari orang tanpa gejala. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/hp.
7/9/2021, 17.59 WIB

Kementerian Kesehatan melaporkan kasus positif Covid-19 bertambah 7.201 pada Kamis (2/9). Kenaikan jumlah pasien ini sekaligus mengakhiri tren penurunan sejak 30 Agustus lalu.

Sedangkan tambahan pasien baru saat ini didapatkan dari pemeriksaan terhadap 158.965 orang. Ini berarti rasio positif kasus corona sebesar 4,53% atau di bawah standar Badan Kesehatan Dunia (WHO) yakni 5%.

Meski demikian, angka positivity rate hari ini bertambah menjadi 11,45% jika hanya menghitung pemeriksaan amplifikasi asam nukleat (NAAT) seperti PCR dan TCM. Sedangkan rasio positif dengan tes antigen sebesar 2%.

Dari sebaran wilayahnya, Provinsi Jawa Tengah menyumbang kasus terbanyak hari ini yakni 964 orang. Di bawahnya adalah Jawa Barat dengan tambahan 405pasien positif hari ini.

Sedangkan, angka kematian pasien corona di Indonesia juga bertambah 683 orang. Pasien meninggal terbanyak pada hari ini berasal dari Jawa Barat yakni 252 orang.

Selain itu, Pemerintah juga melaporkan sebanyak 14.159 orang  pulih dari corona hari ini. Jawa Barat juga melaporkan angka pasien pulih terbanyak yakni 2.849 orang. 

Adapun kasus aktif Covid-19 RI hari ini menurun 7.641 menjadi 138.630 orang. Adapun 127.465 orang masih dinyatakan sebagai suspek corona.

Sedangkan ahli wabah mengingatkan potensi akurasi yang rendah lantaran perbaikan rasio tersebut akibat didorong angka tes antigen yang tinggi. Di Indonesia, positivity rate dihitung berdasarkan jumlah tes antigen, tes Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR), dan Tes Cepat Molekuler (TCM) dibandingkan dengan kasus konfirmasi.

"Antigen test bisa jadi alat diagnostik, tapi kita tahu antigen test mempunyai false negative yang cukup besar," kata epidemiolog Universitas Airlangga Windhu Purnomo kepada Katadata.co.id, Senin (6/9).

Untuk itu, ia mengingatkan pemerintah untuk memperbaiki capaian NAAT ketimbang perolehan positivity rate. Ia pun mengatakan, proporsi NAAT dan antigen di Indonesia masih sebesar 30:70.