Kita mungkin sudah tidak asing dengan cerpen, novel, atau biografi. Untuk sebagian orang, bacaan tersebut sudah menjadi makanan sehari-hari. Jika dicermati ketiga karya tulis tersebut ternyata memiliki kesamaan. Yakni sama-sama ditulis dalam bentuk teks narasi.
Ketiga karangan tersebut membutuhkan narasi yang jelas untuk menggambarkan peristiwa yang terjadi secara kronologis. Narasi yang dibentuk membuat pembaca lebih mudah memahami isi cerita dan membuat pembaca seolah-olah melihat langsung kejadian dalam cerita tersebut.
Untuk Anda yang ingin belajar tentang teks narasi, pada artikel ini kami akan mengulas tentang teks narasi beserta contohnya. Melansir dari buku “Modul 5: Teks Narasi dan Literasi Buku Fiksi – Non Fiksi (Cas dari Cerita dan Buku)”, berikut penjelasan lengkapnya.
Pengertian Teks Narasi
Teks narasi adalah karangan cerita berisi rangkaian peristiwa yang disusun secara kronologis sesuai dengan urutan waktu kejadiannya. Peristiwa yang diceritakan bisa benar-benar terjadi atau hanya khayalan penulisnya.
Narasi umumnya dibuat dengan tujuan menghibur pembaca dengan pengalaman estetis lewat kisah dan cerita fiksi atau non fiksi. Contoh cerita narasi yaitu cerpen, novel, atau kisah inspiratif dari kehidupan seseorang.
Struktur Teks Narasi
Membuat teks narasi sebenarnya tidak sulit. Namun Anda harus memperhatikan struktur dari teks tersebut. Terdapat struktur teks narasi yang harus dipahami, berikut uraiannya.
1. Orientasi
Bagian pertama dalam teks narasi yaitu oritentasi. Bagian ini penulis akan menerangkan waktu, tempat, tokoh, serta sifat dari tokoh yang diceritakannya. Orientasi juga akan menerangkan tentang hal-hal yang sedang terjadi atau dialami tokoh tersebut.
2. Komplikasi
Struktur berikutnya dalam teks narasi yaitu komplikasi. Bagian ini penulis mulai bercerita tentang kejadian penting, pemicu konflik antar tokoh yang bisa menyebabkan peristiwa lain terjadi, hingga akhirnya mencapai puncak cerita.
3. Resolusi
Resolusi merupakan bagian saat konflik mulai menurun dan bisa diselesaikan.
4. Reorientasi
Bagian ini merupakan penutup cerita yang berisi pesan moral yang bisa dipetik dari kisah tersebut. Reorientasi menjadi bagian yang wajib ada dalam teks narasi.
Jenis Teks Narasi
Teks narasi ternyata memiliki beberapa jenis dengan karakteristik yang berbeda. Jenis teks narasi tersebut antara lain;
1. Narasi Informatif (Ekspositoris)
Narasi informatif merupakan karangan yang tujuannya untuk menyampaikan informasi dengan tepat tentang sebuah peristiwa.
2. Narasi Artistik
Jenis narasi ini yaitu karangan yang menceritakan kisah dengan tujuan memberikan pengalaman estetis kepada pembaca. Teks narasi ini bisa berupa fiksi atau non fiksi dengan bahasa figuratif.
3. Narasi Sugestif
Teks narasi sugestif adalah sebuah kisah yang dibuat dengan tujuan terselubung kepada pembaca atau pendengarnya.
Contoh Teks Narasi
Agar lebih memahami tentang ketiga jenis teks narasi yang sudah diterangkan sebelumnya, berikut beberapa contoh narasi sesuai dengan jenisnya.
1. Narasi Informatif (Ekspositoris)
Perang Surabaya
Pada 10 November meletuslah sebuah perlawanan rakyat di Surabaya untuk mengusir Belanda dan para sekutunya dari tanah air. Perang ini berawal dari kemarahan tentara Inggris akibat dari terbunuhnya pimpinan mereka, Brigadir Jenderal Mallaby.
Akibat tewasnya pimpinan mereka pihak Inggris dan sekutunya memberikan sebuah ultimatum kepada seluruh pejuang yang ada di Surabaya waktu itu untuk menyerah. Bukannya menyerah, ultimatum tersebut malah dianggap sebuah penghinaan oleh para pejuang dan rakyat. Mereka membentuk milisi-milisi perjuangan untuk menghadapi pihak Inggris yang mengancam akan menyerang.
Mengetahui utimatumnya ditolak, pihak Inggris dan sekutunya marah besar. Pada 10 November pagi, mereka melancarkan serangan besar-besaran melalui laut, darat, dan udara, dengan mengerahkan sekitar 30.000 infanteri, sejumlah pesawat terbang, tank, dan kapal perang.
Kota Surabaya diserang habis-habisan oleh pihak sekutu. Mereka mengebom gedung-gedung pemerintahan dan membunuh para pejuang. Kejadian waktu itu sangatlah mengerikan, pembunuhan terjadi di mana-mana dan membuat para pejuang terdesak. Namun, di luar dugaan, rencana mereka untuk menaklukan Kota
Surabaya dalam tiga hari gagal. Seluruh pejuang dan rakyat Surabaya turun ke jalan untuk melakukan perlawanan. Semangat juang para pahlawan waktu itu muncul berkat seorang pemuda yang bernama Bung Tomo.
Dia dengan gagah berani memekikan pidato untuk membakar seluruh semangat para pejuang. Pertempuran Surabaya berlangsung sekitar tiga minggu dan dimenangkan oleh pihak sekutu.
Meskipun Kota Surabaya jatuh ke tangan sekutu, perlawanan rakyat Surabaya waktu itu membangkitkan semangat juang seluruh rakyat Indonesia.
2. Narasi Artistik
Pertarungan di Pagi Buta
Kala itu mentari belum bangun dari peraduannya. Ayam-ayam jago pun belum melakukan tugasnya. Namun, Pak Raden telah keluar dari rumahnya.
Kulitnya yang keriput dan tipis seolah-olah tidak mempan oleh hembusan angin yang sedari tadi berusaha membekukannya. Tangan kanannya yang kekar memikul sebuah cangkul, sedangkan tangan kirinya memegang sebuah bingkisan besar.
Pada saat Pak Raden melangkahkan kaki menuju sawahnya, langkahnya terhenti oleh tangisan bayi yang memecah keheningan pagi itu. Dengan sangat ketakutan Pak Raden mencari sumber suara itu.
Betapa terkejutnya Pak Raden melihat seorang bayi mungil tergeletak di bawah pohon beringin besar. “Bayi siapa ini? Haruskah aku membawanya?” Pak Raden bimbang.
Ketika dia ingin mengangkat bayi itu, tiba-tiba seekor harimau besar menyerangnya, tetapi dengan sigap Pak Raden mengelak.
Ternyata suara tangis bayi itu menarik perhatian harimau. Tampaknya harimau itu kelaparan. Dia pandangi bayi tersebut dengan tatapan mengerikan.
Melihat hal itu Pak Raden mengibaskan cangkulnya untuk menghalau binatang buas itu. Harimau itu melawan, dia berbalik menyerang, membuat Pak Raden jatuh dan terluka.
Saat harimau hendak menerkamnya, Pak Raden mengambil cangkul di sampingnya dan mengibaskannya ke harimau itu.
Akhirnya cangkul itu merobek perut harimau dan membuatnya mati. Kemudian Pak Raden mengangkat bayi itu dan membawanya pulang untuk diurus sebagai anaknya sendiri.
3. Narasi Sugestif
Apa yang Ditanam Itu yang Dituai
Hari itu langit sangat terik, tetapi Budi tetap menarik gerobaknya. Dia susuri lorong-lorong pasar itu dengan harap ada yang membeli getuk buatan ibunya.
Hari itu Budi sangat memerlukan uang untuk biaya pengobatan ayahnya. Sejak pagi tadi Budi mengelilingi pasar dengan gerobaknya, tetapi tak seorang pun yang membeli bahkan hanya untuk menawarnya.
Budi hampir putus asa, pikiran-pikiran jahat mulai masuk ke otaknya. Namun, Budi teringat kata-kata ibunya bahwa berbuat baik dan berdoalah agar mendapat berkah dari Allah.
Budi menepis semua pikiran jahat tadi dan berdoa kepada Allah agar dia bisa mendapatkan uang untuk ayahnya. Budi melanjutkan perjalanan. Saat itu Budi melihat seorang pria yang sedang mengikuti seorang ibu.
“Pasti orang itu akan berbuat yang tidak-tidak!” pikir Budi.
Benar saja, seketika pria itu merampas tas si ibu. Ibu itu menjerit, dengan cepat kilat Budi menjegal pencuri itu hingga terjatuh. Tas itu pun terjatuh bersama si pencuri, lalu pencuri tersebut melarikan diri. Budi mengambil tas itu dan memberikannya kepada.
“Terima kasih, Nak, untung ada dirimu,” kata ibu itu.
“Iya, lain kali hati-hati ya, Bu,” jawab Budi sambil meninggalkan ibu itu.
“Sebentar, Nak, ini ada sesuatu untukmu,” kata ibu itu.
“Tidak usah, Bu,” tolak Budi dengan halus.
Wanita itu kagum dengan kebaikan Budi. Tanpa sengaja dia melihat gerobak getuk dan berkata,
“Baiklah kalau kamu tidak mau menerimanya, biarkan saya membeli semua getukmu”.
Budi senang dan terharu, akhirnya dia bisa membelikan obat untuk ayahnya.
“Terima kasih, Bu,” jawab Budi.