Cek Fakta: Benarkah Vaksin Covid-19 Mengandung Cairan Iblis?

AstraZeneca
Ilustrasi pengembangan vaksin Covid-19.
Penulis: Amelia Yesidora
Editor: Sorta Tobing
29/12/2021, 15.07 WIB
 

Kabar miring mengenai vaksin Covid-19 tumbuh subur di media sosial. Pada Minggu 19 Desember lalu, seorang pengguna Facebook menuliskan, vaksin tersebut berisi cairan iblis yang bertujuan untuk mengurangi atau depopulasi penduduk dunia.

Dalam telusuran tim Cek Fakta Katadata.co.id hari ini, Rabu (29/12), tulisan akun Facebook bernama Jeremya ini tidak bisa lagi dilihat oleh publik. Namun, tangkapan layar tulisan itu sudah beredar di berbagai media sosial.

Berikut narasi lengkap unggahan Facebook Jeremya:

"SUDAH TAU VX ITU BERISI CAIRAN SETAN IBLIS

TAPI KOK MASIH SAJA ADA BANYAK ORANG MENYERAHKAN DIRINYA, ANAKNYA DAN KELUARGANYA UNTUK DIJADIKAN TUMBALNYA IBLIS DENGAN CARA DIBERIKAN CAIRAN SETAN VX !! 

SEBAGAI RAKYAT, BOLEH DONG SU'UDZON (MENARUH CURIGA) KEPADA SEORANG PRESIDEN YANG BERNAMA JOKOWI (KARENA ANDA DIPILIH OLEH RAKYAT) !!!

KECURIGAAN KAMI ADALAH :

DENGAN BANYAKNYA RAKYAT YANG MATI KARENA DIAKIBATKAN DARI CAIRAN SETAN VX 

JANGAN-JANGAN RAKYAT TELAH DIJADIKAN TUMBAL ATAS PERMINTAAN DAN PERJANJIAN DENGAN KELOMPOK ELITE GLOBAL YANG SALAH SATU AGENDANYA ADALAH :

DE-POPULASI PENDUDUK DUNIA (PEMBANTAIAN MASSAL MELALUI CAIRAN SETAN VX 

Penelusuran

Tidak ada penjelasan detail soal "cairan setan" yang dimaksud pada unggahan tersebut. Kata "vx" yang dipakai pengunggah kemungkinan besar adalah vaksin Covid-19 yang sedang gencar pemerintah sosialisasikan. 

Salah satu vaksin virus corona yang banyak digunakan di Indonesia, yaitu Sinovac, dapat dipastikan tidak memiliki kandungan yang mencurigakan. Melansir dari paparan Corporate Secretary Bio Farma Bambang Herianto, vaksin buatan Cina itu hanya memiliki unsur berikut:

  1. Virus inactivated alias virus yang sudah dilemahkan.
  2. Aluminium hidroksida untuk meningkatkan kemampuan vaksin.
  3. Larutan fosfat sebagai stabilizer vaksin.
  4. Larutan garam atau Natrium Chloride (NaCl).

Isu vaksin Covid-19 adalah senjata biologis atau biological weapon untuk depopulasi manusia kerap beredar di masyarakat. Kabar hoaks ini menyebut vaksin dapat menyebabkan kematian, alih-alih menjaga kekebalan tubuh dari virus Covid-19

Faktanya, vaksin terbukti mampu mengurangi risiko kematian yang disebabkan virus corona. Melansir dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat, vaksin Covid-19 setidaknya memiliki empat manfaat bagi penerimanya, yaitu:

  1. Meminimalisir penyebaran virus secara efektif.
  2. Membentuk antibodi.
  3. Melindungi orang-orang sekitar.
  4. Menciptakan kekebalan kelompok.

Kementerian Kesehatan Indonesia pun sudah mengeluarkan data yang menguatkan fakta bahwa vaksin dapat menekan angka kematian di dalam negeri. Data ini diambil pada pasien terinfeksi Covid-19 dan dirawat di rumah sakit pada bulan Mei hingga Juli 2021. 

Dalam data tersebut, terdapat 9.096 orang pasien Covid-19 yang belum divaksin dan meninggal dunia. Jumlah ini setara dengan 15,5% dari total keseluruhan pasien yang belum divaksin, yaitu sebanyak 58.758 orang. 

Untuk pasien yang menerima satu dosis vaksin, angka kematiannya di 9,8% atau setara dengan 394 orang dari total 4.021 orang pasien yang sudah menerima satu kali vaksin dan dirawat di rumah sakit. Pasien yang sudah mendapat dua dosis vaksin Covid-19 dan meninggal akibat Covid-19 mencapai 214 orang, setara dengan 4,1% dari total 5.168 pasien Covid-19 yang mendapatkan vaksin secara penuh.

Angka tersebut membuktikan vaksin dosis pertama saja sudah bisa menurunkan risiko kematian hingga 37%. Lebih baik lagi bila pasien sudah divaksin dosis kedua, karena risiko kematian bisa turun hingga 73%.

Berikut data-datanya, seperti terlihat pada grafik Databoks di bawah ini:

Kesimpulan

Kabar yang menyebut vaksinasi Covid-19 bertujuan untuk mengurangi populasi dunia adalah keliru. Di dalamnya tidak ada kandungan yang dapat menyebabkan kematian, apalagi cairan setan. 

Vaksin terbukti dapat menurunkan risiko kematian pasien yang terinfeksi virus corona dan membentuk antibodi bagi penerimanya. 

Reporter: Amelia Yesidora

Konten cek fakta ini kerja sama Katadata dengan Google News Initiative untuk memerangi hoaks dan misinformasi vaksinasi Covid-19 di seluruh dunia.