Vandalisme adalah Perusakan Barang, Pahami Sejarah dan Penyebabnya

Pexels/cottonbro
Perilaku vandalisme mengakibatkan kerusakan properti umum
Editor: Intan
10/2/2022, 12.05 WIB

Meskipun Vandal dikecam, mereka setuju untuk bernegosiasi dengan Paus Leo I, sehingga tidak menghancurkan Roma. Para Vandal menyerbu kekayaan kota, tetapi membiarkan bangunannya utuh lalu pulang ke Afrika Utara.

Namun, bertahun-tahun bentrokan terus terjadi. Antara tahun 460 dan 475 M, Vandal berhasil memukul mundur Roma yang awalnya berniat merebut kembali kekayaan mereka. Tetapi, kematian Raja Gaiseric menyebabkan kekalahan kaum Vandal. Pada tahun 533, Romawi mengambil kembali Afrika Utara dan mengusir Vandal untuk selamanya.

Bentuk-bentuk Vandalisme

Terdapat bentuk-bentuk vandalisme yang dijelaskan oleh Lase (2003) sebagai berikut.

  • Aksi mencoret-coret (grafiti): Aksi mencoret-coret-coret (grafiti) tampak pada tembok pinggir jalan, tembok sekolah, jembatan, halte bus, bangunan, telepon umum, wc umum, dan sebagainya.
  • Aksi memotong (cutting): Contohnya memotong pohon, tanaman, bunga.
  • Aksi memetik (plucking): Memetik bunga dan memetik buah milik orang lain tanpa meminta izin dari pemiliknya.
  • Aksi mengambil (taking): Aksi mengambil barang milik orang lain, mengambil tanaman, dan sebagainya.
  • Aksi merusak (destroying): Aksi merusak penataan lingkungan yang sudah tersusun rapi dari orang lain. Misalnya mencongkel pintu rumah orang lain, memindahkan tanaman milik orang lain, membuang sampah di sembarang tempat.

Penyebab Vandalisme

Lasa (2003) menjelaskan dua faktor penyebab vandalisme, yaitu faktor lingkungan keluarga dan sekolah.

Faktor Lingkungan Keluarga

Masalah dalam lingkungan keluarga yang memicu terjadinya tindakan vandalisme remaja terhadap lingkungan buatan adalah:

  • Ketidakharmonisan dalam keluarga mengakibatkan remaja mengekspresikan perasaannya melalui tindakan vandalisme.
  • Tempat tinggal berjauhan dari sekolah, sehingga sang remaja harus berpisah dengan orang tua . remaja yang tinggal di rumah saudara, rumah temannya atau kos. Perilaku remaja menjadi bebas dan kurang mendapat pengawasan dari orang tua.
  • Pola asuh keluarga yang terlalu ketat atau terlalu longgar. Hal ini sebagai bentuk ekspresi kasih sayang dan perhatian dari orang tua.
  • Kurangnya pembinaan melalui jalur agama, khususnya tentang menghargai lingkungan hidup sebagai ciptaan Tuhan, yang harus dimanfaatkan, dipelihara dan dilestarikan.
  • Pekerjaan orang tua juga memiliki pengaruh besar, khususnya pekerjaan Ibu. Kurangnya waktu ibu dan perhatian ibu bersama anak-anaknya berdampak pada perilaku anak.
  • Pendidikan orang tua juga memiliki pengaruh besar, khususnya pendidikan ibu. Bila pendidikan ibu rendah maka dalam mendidik anak juga kurang. Tetapi sebaliknya bila pendidikan ibu tinggi maka dalam mendidik anak juga tinggi.
  • Kurangnya kebebasan anak mengekspresikan perasaannya di dalam lingkungan keluarga yang menjadi haknya, misalnya memiliki kamar tidur sendiri, memiliki fasilitas belajar, ruangan belajar sendiri, dan sebagainya. Bila hak pribadinya tidak terpenuhi maka berakibat pada perilaku anak.
  • Kurangnya kebersamaan antara orang tua dengan anak, misalnya beribadah bersama, berdoa bersama, makan bersama, berekreasi bersama dan lain sebagainya.
  • Tidak memiliki halaman rumah yang cukup luas untuk mengekspresikan gejolak pertumbuhan anak. Halaman rumah juga bisa berdampak pada tingkah laku anak.

Faktor Lingkungan Sekolah

Sejumlah faktor lingkungan sekolah penyebab vandalisme meliputi:

  • Kurang kasih sayang guru, artinya tidak mendapat perhatian dari guru dalam proses belajar mengajar.
  • Ekspresi kejengkelan karena sering dipanggil guru, yang umumnya berkaitan dengan tingkah laku negatif.
  • Sering berurusan dengan polisi dalam berbagai bentuk permasalahan.
  • Berpindah-pindah sekolah dengan berbagai alasan.
  • Banyaknya remaja memiliki peluang untuk bebas setelah pulang sekolah.
  • Senang membaca buku eksak, umumnya mengindikasikan seorang remaja memiliki kemampuan berpikir.
  • Senang membaca buku komik, dari membaca buku komik remaja bisa muncul perilaku yang ditiru dari tokoh yang diidolakan.
Halaman: