Polda Metro Kembali Tangkap 2 Tersangka Penganiaya Ade Armando

Antara
Pegiat media sosial Ade Armando. Foto: Antara
14/4/2022, 17.18 WIB

Polda Metro Jaya kembali menangkap dua orang tersangka penganiaya Dosen Universitas Indonesia (UI) Ade Armando. Mereka adalah Markos Iswan, dan Alfikri Hidayatullah.

Kini total Polda Metro Jaya telah menangkap tujuh tersangka, yang diduga terlibat penganiayaan terhadap Ade Armando saat demonstrasi mahasiswa di depan Gedung DPR/MPR RI Jakarta, Senin (11/4) lalu. Mereka adalah Muhammad Bagja, Komarudin, Dhia Ul Haq, Abdul Latif, Arif Pardhiani, Markos Iswan, dan Alfikri Hidayatullah.

Muhammad Bagja, Komarudin, Dhia Ul Haq, dan Abdul Latif diduga telah terlibat penganiayaan, sedangkan Arif Pardhiani diduga menjadi provokator.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol. Endra Zulpan menjelaskan Markos Iswan ditangkap petugas di Sawangan, Depok, Jawa Barat. Sedangkan Alfikri Hidayatullah di Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Kamis (14/4) dini hari tadi.

Kedua tersangka memiliki diduga melakukan pemukulan terhadap Ade Armando.

"Terhadap mereka yang sudah ditangkap, kami periksa dan mereka ditetapkan sebagai tersangka aksi kekerasan ini," kata Zulpan di Polda Metro Jaya, Kamis (14/4) seperti dikutip Antara.

Sebelum menangkap kedua tersangka ini, kepolisian telah lebih dulu menangkap tersangka Abdul Latip di  Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat. Abdul Latip teridentifikasi sebagai pria yang memakai jas hijau dengan emblem di dada bagian kiri, sehingga menyerupai almamater perguruan tinggi.

Dengan tertangkapnya tujuh tersangka ini, petugas masih memburu dua buronan lainnya yang diduga terlibat penganiayaan Ade Armando, yaitu Ade Purnama dan seorang tersangka pemukulan yang mengenakan topi. Sebelumnya, pria ini identitasnya disebut bernama Abdul Manaf.

Kepastian Abdul Manaf tidak terlibat diketahui setelah petugas mendapatinya di Karawang, Jawa Barat. Dari pemeriksaan terbukti ia tidak terlibat penganiayaan terhadap Ade Armando.

Zulpan menjelaskan kesalahan identitas ini disebabkan sistem "face recognition" salah mengidentifikasi Abdul Manaf karena salah satu pelaku memakai topi. Hal ini membuat alat pengenal wajah tidak dapat menganalisanya dengan akurat.

"Salah. Itu teknis kepolisian dia pakai topi jadi tertutup itu," ujar Zulpan.

Lihat juga bagaimana proporsi korban kekerasan yang terjadi di Indonesia:

Reporter: Antara