Dibayangi Kekhawatiran Lockdown, Warga Beijing Mulai Panik Berbelanja

ANTARA FOTO/REUTERS/Tingshu Wang/PRAS/dj
Tingshu Wang Warga berbaris di tempat uji asam nukleat saat uji masal virus corona menyusul terjadinya wabah, di Beijing, China, Senin (25/4/2022).
26/4/2022, 16.02 WIB

Aturan tes Covid-19 secara massal di Beijing membuat masyarakat panik dan menimbun bahan makanan. Mereka khawatir penguncian besar (lockdown) akan diberlakukan di ibu kota Cina tersebut.

Pihak berwenang di Chaoyang, rumah bagi 3,45 juta orang, memerintahkan mereka yang tinggal dan bekerja di sana untuk menjalani tes Covid-19 tiga kali sepekan. Hal ini menimbulkan ketakutan lockdown akan segera diberlakukan seperti di Shanghai.

Para pembeli juga memadati toko serta platform online untuk membeli sayuran, daging, mie instan, hingga kertas toilet. Mereka ingin memastikan pasokan bahan pokok aman jika Beijing akhirnya memberlakukan lockdown.

"Shanghai adalah pelajaran," kata seorang warga Chaoyang berusia 63 tahun dengan marga Di, Senin (25/4) dikutip dari Reuters.

Kurangnya kurir untuk mengirim barang ke rumah menjadi hambatan pasokan dan menimbulkan kemarahan warga. Adapun jaringan supermarket seperti Carrefour, Wumart, hingga platform e-commerce terus meningkatkan stok.

Otoritas setempat melaporkan 70 kasus penularan lokal di delapan dan 16 distrik yang ada di Beijing. Jumlah terbesar disumbangkan Chaoyang yakni 40 orang.

Sedangkan berdasarkan penelitian lembaga riset Gavekal Dragonomics, 57 dari 100 kota terbesar di Cina memberlakukan pembatasan yang relatif keras. Meski demikian, beban kasus corona di Beijing masih lebih kecil ketimbang Shanghai.

HEALTH-CORONAVIRUS/CHINA (ANTARA FOTO/REUTERS/China Daily /RWA/dj)

Adapun di Shanghai, lockdown secara ketat masih diberlakukan secara luas. Tiap akhir pekan, pihak berwenang menutup pintu masuk blok perumahan dengan kawat setinggi dua meter.

Sedangkan polisi dengan pakaian hazmat berpatrolo untuk meminta pejalan kaki segera pulang. "Setiap kompleks, gerbang, dan pintu, harus dijaga dengan ketat," kata Wakil Kepala Distrik Yangpu, Shanghai yakni Qi Keping.

Adapun Pemerintah Shanghai melaporkan 51 kematian pasien Covid-19 pada 24 April. Total tambahan ini membuat jumlah angka kematian menjadi 138 orang. Sedangkan kasus tanpa gejala turun menjadi 16.938 pada Senin, dari sebelumnya 19.657 sehari sebelumnya.