Menilik Sejarah Hari Kebangkitan Nasional

ANTARA FOTO/ Reno Esnir/rwa.
Ilustrasi, pengunjung mengamati diorama Ruang Memorial Hall Boedi Oetomo.
Penulis: Siti Nur Aeni
Editor: Agung
20/5/2022, 11.27 WIB

Hari Kebangkitan Nasional diperingati setiap tanggal 20 Mei. Peringatan ini mangacu pada Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959.

Sejak saat itu, Hari Kebangkitan Nasional menjadi momentum penting untuk mengingat kembali sejarah Bangsa Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan. Lantas, bagaimana sejarah dari Hari Kebangkitan Nasional? Simak penjelasannya berikut ini.

Sejarah Hari Kebangkitan Nasional

Melansir dari situs disdik.grobogan.go.id, diterangkan bahwa kebangkitan nasional Indonesia berlangsung pada paruh pertama abad ke-20. Saat itu, masyarakat Indonesia mulai memiliki rasa kesadaran sebagai “orang Indonesia”. Hal tersebut ditandai dengan adanya dua peristiwa bersejarah yaitu berdirinya organisasi Budi Utomo dan ikar Sumpah Pemuda.

Di lain sisi, pada masa itu Belanda juga mulai menerapkan kebijakan Politis Etis. Melalui kebijakan ini, Belanda berupaya membantu menciptakan kelompok masyarakat Indonesia yang terpelajar. Perubahan pada masyarakat Indonesia ini kemudian dikenal sebagai “Kebangkitan Nasional Indonesia”.

Peristiwa tersebut juga dibarengi dengan adanya aktivitas politik. Salah satunya yaitu lahirnya organisasi bernama Budi Utomo. Hari Kebangkitan Nasional sangat berkaitan dengan organisasi Budi Utomo. Pasalnya, hari lahir dari organisasi ini kemudian diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Sekilas Tentang Organisasi Budi Utomo

Menurut penjelasan di buku “Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia” perkumpulan Budi Utomo didirikan oleh  pelajar School tot Oplending van Inlandsche Artsen (STOVIA) di bawah pimpinan R. Soetomo. Sebelum organisasi ini berdiri, R. Soetomo sudah bertemu dengan dr. Wahidin Sudirohusodo dan M. Soeradji di akhir 1907.

Hasil dari pertemuan tersebut, dr. Wahidin mengutarakan ide untuk mencerdaskan bangsa. Beliau beranggapan bahwa dengan bangsa yang cerdas, maka wawasan akan terbentuk, sehingga tidak mudah di adu domba dan diatur oleh penjajah.

Tidak lama setelahnya, R. Soetomo bersama M. Soeradji berhasil mengadakan pertemuan dengan pelajar STOVIA lainnya untuk membicarakan tentang berdirinya organisasi nasional. Pertemuan tersebut dilangsungkan secara tidak resmi di salah satu ruang di STOVIA. Hasil pertemuan tersebut kemudian melahirkan organisasi bernama Budi Utomo.

Dalam perkembangannya, Budi Utomo terbentuk menjadi organisasi modern karena telah memiliki susunan pengurus dan tujuan yang jelas. Kedua hal tersebut tertulis di Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga organisasi tersebut.

Adapun susunan pengurus organisasi ini pada awal berdiri seperti berikut:

  • Ketua: R. Soetomo.
  • Wakil ketua: M. Soelaiman.
  • Sekretaris I: Soewarno I (Gondo Soewarno).
  • Sekretaris II: M. Goenawan.
  • Bendahara: R. Angka.
  • Komisaris: M. Soeradji, M. Moh. Saleh, Soewarno II (M. Soewarno), dan R.M. Goembrek.

Tujuan Memperingati Hari Kebangkitan Nasional

Secara umum, tujuan memperingati Hari Kebangkitan Nasional yaitu untuk mengingatkan kepada kita akan sejarah penting dalam perjuangan bangsa. Peringatan ini dilaksanakan setiap tahunnya. Di tahun ini, peringatan Hari Kebangkitan Nasional mengangkat tema “Ayo Bangkit Bersama”.

Dalam situs resminya, Kominfo menyebutkan bahwa tema tersebut dipilih sebagai bentuk harapan supaya peringatan Hari Kebangkitan Nasional ini menjadi momentum untuk masyarakat Indonesia agar bersama-sama mengobarkan semangat bangkit dari pandemi Covid-19.

Tokoh Hari Kebangkitan Nasional

Hari Kebangkitan Nasional tidak bisa lepas dari peran pada tokoh. Adapun beberapa tokoh Hari Kebangkitan Nasional, sebagai berikut:

1. dr. Wahidin Soedirohoesodo

Wahidin Soedirohoesodo merupakan pendiri Budi Utomo. Beliau merupakan orang Indonesia pertama yang berhasil masuk ke Europeesche Lagere School (ELS) atau Sekolah Dasar anak-anak Eropa.

Sebelum mendirikan Budi Utomo, beliau sudah menjadi seorang dokter dan sering mengobati pasien tanpa memungut biaya. Saat mengetahui banyak masyarakat Indonesia yang menderita karen penjajahan, beliau berinisiatif mengajak masyarakat untuk mengikuti pendidikan sekolah.

2. dr. Soetomo

Sama seperti dr. Wahidin Soedirohoesodo, dr. Soetomo juga merupakan pendiri Budi Utomo. Beliau memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Selain itu, dr. Soetomo juga aktif menjalankan profesi sebagai dokter hingga melanjutkan pendidikan lanjutan kedokteran ke Belanda.

3. Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara juga salah satu tokoh Hari Kebangkitan Nasional. Beliau merupakan politisi kebudayaan, pelopor pendidikan bagi masyarakat Indonesia, dan pendiri Taman Siswa di Yogyakarta. Tak hanya itu, Ki Hajar Dewantara juga merupakan seorang penulis dan wartawan.

4. HOS Tjokroaminoto

HOS Tjokroaminoto merupakan pejuang yang berani dan selalu lantang dalam menyampaikan pidato. Saat bergabung dalam Budi Utomo, HOS Tjokroaminoto berpean sebagai komisaris kemudian menduduki jabatan ketua organisasi.

5. dr. Tjipto Mangoenkoesoemo

Tjipto Mangoenkoesoemo merupakan seorang dokter yang memiliki rasa empati tinggi terutama dalam masalah kesehatan di Indonesia. Melalui organisasi Budi Utomo, beliau turut membantu menyalurkan ide untuk membangkitkan semangat pejuangan kemerdekaan.

6. Dr. Douwes Dekker

Dr. Douwes Dekker merupakan pionir dasar nasionalisme dan masuk dalam kelompok Tiga Serangkai bersama Tjipto Mangoenkoesoemo dan Ki Hajar Dewantara. Dr. Douwes Dekker merupakan pendiri organisasi Indische Partij dan aktif mengajarkan pemahaman seputar partai politik, jurnalistik, dan lain sebagainya.