Saling Sindir Yenny Wahid dan Cak Imin soal PKB, Ungkit Konflik Lama
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, menyindir putri pendiri PKB, Abdurahman Wahid, yaitu Zannuba Arifah Chafsoh alias Yenny Wahid. Melalui akun Twitter resminya, Cak Imin meminta Yenny Wahid tidak mengurusi persoalan internal PKB.
Komentar ini membalas pernyataan Yenny, yang meminta agar elit partai politik dengan elektabilitas rendah pada survei supaya tidak memaksakan diri untuk maju menjadi calon presiden (capres) pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang.
Selain itu, Yenny meminta Ketua Umum PKB agar tidak berseberangan dengan NU.
Menurut Cak Imin, Yenny bukan bagian dari PKB, "Jadi ngapain ikut-ikut ngatur PKB, hidupin aja partaimu yang gagal itu. PKB sudah aman nyaman kok," cuitnya Kamis (23/6).
Yenny pun terlihat membuat unggahan untuk membalas pernyataan ini. "Tapi ndak usah baper to, Cak. Dan memang benar, saya bukan PKB Cak Imin. Saya kan PKB Gus Dur," tulis Yenny berselang sekitar 1,5 jam dari cuitan Cak Imin.
Cuitan dari Yenny dan Cak Imin sama-sama mendapatkan popularitas, karena hingga siang ini, setidaknya dari cuitan Yenny sudah terdapat 738 akun yang menyebarkan ulang, 362 mengutipnya, dan 2.554 akun menyukainya. Sementara Cak Imin, 340 akun menyebarkan ulang cuitannya, 366 mengutipnya, dan 568 akun menyukainya.
Sebelumnya, usai menjadi pembicara mengenai gerakan radikalisme dan intoleransi di kampus IPDN, Jatinangor, Jawa Barat, Direktur Wahid Foundation ini juga menyebut Cak Imin mengambil posisi yang berhadapan langsung dengan Ketua Umum Pengurus Besar NU KH Yahya Cholil Staquf. Posisi tersebut dia nilai merugikan pemilih di kalangan NU maupun PKB.
Menyitir dari berbagai sumber, ketegangan di antara Yenny dan Cak Imin sudah berlangsung lama, berawal dari konflik antara Cak Imin dengan ayahnya Yenny, Abdurahman Wahid yang akrab disapa Gus Dur.
Semua bermula ketika terjadi konflik internal di PKB, antara kubu Alwi Shihab-Syaifullah Yusuf dengan kubu Gus Dur dengan Cak Imin.
Konflik tersebut akhirnya membuat kubu Gus Dur- Cak Imin menggelar Muktamar di Semarang pada 2005. Hasilnya, Cak Imin terpilih menjadi ketua umum, sementara Gus Dur ditunjuk sebagai Ketua Dewan Syura.
Akan tetapi, hubungan mesra Gus Dur dengan Cak Imin tak berlangsung lama. Sebab Gus Dur membuat keputusan untuk memecat kemenakannya itu dari posisi ketua umum, karena dinilai sering melakukan manuver politik dan mengabaikan perintah partai.
Akibatnya PKB pun kembali terpecah menjadi dua kubu. Selanjutnya pada 2008, dua kubu tersebut masing-masing menggelar Muktamar Luar Biasa (MLB). kubu Gus Dur menggelar MLB di Parung, Bogor, Jawa Barat pada 30 April-1 Mei 2008. Sementara kubu Muhaimin menggelar MLB pada 2-4 Mei 2008 di Ancol, Jakarta.
Setelah selesai menggelar Muktamar, kubu Gus Dur menggugat PKB kubu Cak Imin dengan alasan menyimpang dari AD/ART PKB. Di sela-sela proses tersebut, PKB kubu Cak Imin juga memecat Yenny yang saat itu masih menjabat sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) PKB.
Akan tetapi, pengadilan memutuskan kubu Muhaimin sah.
Ada sebuah peristiwa unik, ketika pengambilan nomor urut peserta Pemilu 2009. Cak Imin dan Yenny sama-sama mengambil amplop nomor urut partai peserta pemilu. Cak Imin ke meja amplop sebelah kiri, sedangkan Yenny ke meja amplop sebelah kanan. Tindakan keduanya membuat PKB mendapatkan dua nomor.
Melihat ini, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menganulir kedua nomor tersebut, dan meminta keduanya memilih salah satu nomor saja. Akhirnya, kedua saudara sepupu ini mengambil kembali sebuah amplop besar putih dan menyerahkannya ke Ketua KPU. Amplop tersebut berisi nomor 13.
Setelah itu Pemilu 2009 selesai, untuk menyambut Pemilu 2014, Yenny pun mendirikan Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru (PKBIB) dan bertindak sebagai ketua umum. Partai ini sebelumnya bernama Partai Indonesia Baru (PIB).
Namun KPU menyatakan PKBIB menjadi salah satu dari 24 partai politik yang dinyatakan tidak lolos sebagai peserta Pemilu 2014.