Bubble Burst Belum Sepenuhnya Berdampak ke Startup Indonesia

Katadata
Penulis: Doddy Rosadi - Tim Publikasi Katadata
19/8/2022, 13.58 WIB

Jakarta - Fenomena bubble burst atau pecahnya gelembung perusahaan rintisan (startup) belakangan seperti hantu yang menakutkan di dunia startup atau perusahaan rintisan. Bubble burst merupakan sebuah fenomena pertumbuhan ekonomi atau nilai pasar naik sangat cepat, khususnya harga aset namun diikuti oleh penurunan nilai yang cepat atau kontraksi. Pada umumnya gelembung yang disebabkan lonjakan harga aset didorong oleh perilaku pasar yang tinggi. Fenomena ini membuat sejumalh perusahaan rintisan di Indonesia berhenti operasi dan mem-PHK karyawan.

Managing Partner Impactto.io, Italo Gani mengatakan, bubble burst pada startup saat ini berbeda dengan tahun 2000. Startup di Indonesia saat ini merupakan startup yang memberi dampak pada ekonomi. Startup ini berkembang melalui sebuah proses eksperimen.

"Saya selalu bilang startup, founding di awal-awal itu metafornya kaya sebuah perusahaan melakukan R & D. Butuh investasi agar startup mencapai inovasi baru," kata Italo dalam webinar bertema "Fenomena Bubble Burst: Jalan Terjadi Startup Indonesia", Jumat (19 Agustus 2022).

Menurut Italo, keberadaan startup membuat efisiensi baru dalam ekosistem sehingga tercipta produk-produk nasional.

"Produk nasional kita ada Tokopedia, Gojek, Ruang Guru, Sociolla, dan Halodoc. Saya pikir ini saat yang tepat sekali untuk kita bisa membangun produk nasional," ujarnya.

Managing Partner of East Ventures, Roderick Purwana menambahkan, perjalanan terjal startup tidak hanya terjadi saat ini. Startup yang identik dengan melawan arus, telah mengalami perjalanan terjal dalam setiap waktu.

"Kalau kita lihat kenapa sekarang ini orang-orang bilang winter is coming mungkin banyak pararel dengan kejadian di dunia. Adanya geopolitical tention, supply chain desruption, dan recovery from pandemi," ungkapnya.

Ia mengatakan, dalam dua atau tiga tahun terakhir, digital terbantu karena akselerasi. Ketika terjadi kondisi normal dan tantangan global, yang pertama terkena imbas adalah perusahaan teknologi publik terutama di negara-negara maju, seperti Amerika. Hal ini merambat ke teknologi swasta yang mengubah ekspekstasi.

Halaman: