RI Kuasai 23% Cadangan Dunia, Hilirisasi Nikel Bakal Kerek Investasi

ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/wsj.
Sejumlah pekerja menyelesaikan pembangunan salah satu hotel di Jalan Udayana, Mataram, NTB, Kamis (12/11/2020).
Penulis: Ira Guslina Sufa
18/2/2023, 16.22 WIB

Riset terbaru yang dikeluarkan DBS Group Research memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 akan bergerak di atas 5% mengikuti capaian pada 2022 di angka 5,3%. DBS memperkirakan membaiknya pertumbuhan ekonomi akan diikuti pula dengan peningkatan minat investasi asing atau Foreign Direct Investment (FDI). 

Ekonom Senior DBS Group Research Maynard Priajaya Arif mengatakan salah satu alasan utama di balik lompatan FDI adalah adanya upaya serius dalam menjalankan hilirisasi dengan menggesa proyek smelter.  Adapun total nilai FDI pada 2022 mencapai Rp 1.207,2 triliun dan diproyeksikan akan mencapai Rp 1.400 triliun pada 2023. 

Menurut Arif, peningkatan FDI ditopang oleh program hilirisasi yang terus dilakukan pemerintah. Sepanjang 2021 pemerintah telah membangun 17  smelter dan dilanjutkan dengan pengerjaan 31 smelter dengan prioritas pada hilirisasi nikel. 

“Sebagai kebijakan prioritas untuk tak lagi melakukan ekspor bijih  dan mengembangkan nilai, kebijakan pembatasan ekspor bijih nikel telah mendorong kemajuan pembangunan smelter,” ujar Arif. 

Berdasarkan data pemerintah, Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia dengan total cadangan 21 juta metrik ton. Jumlah ini merupakan 23,7% dari cadangan dunia. Adapun industri utama yang mendapat manfaat dari cadangan nikel adalah industri kendaraan listrik. 

Arif menilai, dengan kapasitas produksi olahan nikel yang terus bertambah, Indonesia muncul menjadi eksportir baja nirkarat terbesar dalam dua tahun terakhir. Perubahan ini diperoleh dari perubahan kebijakan dari importir logam olahan di masa lalu menjadi eksportir yang diperhitungkan. 

Lebih jauh Arif menilai, investasi asing di Indonesia pada 2023 akan terus meningkat seiring dengan adanya kebijakan larangan ekspor bauksit yang akan diberlakukan mulai Juni 2023 mendatang. Kebijakan ekspor diharapkan bisa mendorong peningkatan produksi alumunium lokal. 

"Mempertimbangkan minat yang cukup pada industri pengolahan logam dasar, maka akan menjadi momentum investasi asing yang masuk ke   Indonesia tetap kuat hingga 2-3 tahun ke depan,” ujar Arif. 

Pada 2022 total FDI secara keseluruhan naik 47% secara year on year menjadi US$ 45,6 miliar. Di antara sektor utama, logam dasar dan pertambangan menyumbang FDI cukup tinggi investasi utama berasal dari investor Singapura, China dan Hong Kong. 

Adapun totall investasi asing pada 2022 diperkirakan mencapai Rp 1.207,2 triliun. Sedangkan target investasi asing pada 2023 diperkirakan mencapai Rp 1.400 triliun. 

“Yang menggembirakan, penyebaran investasi yang terealisasi mulai menyebar di beberapa provinsi,” ujar Arif.

Meski begitu, total investasi di Pulau Jawa masih mendominasi hampir setengah dari total investasi  asing yang mengalir. Sedangkan sebaran investasi di luar Pulau Jawa lebih banyak tersebar ke Pulau Sumatera dan Sulawesi. 

Arif mengatakan peningkatan investasi asing di Sulawesi lebih banyak ditopang oleh sektor pertambangan seperti nikel. Sedangkan investasi di Sumatera ditopang oleh agribisnis seperti sawit, karet dan kopi. Adapun investasi untuk dua pulau ini meningkat dari sekitar 5% pada 2015 menjadi 17% pada akhir 2022 yang didukung oleh investasi di sektor komoditas.