Menlu Retno Marsudi: Kepemimpinan Negara Berkembang Satukan Dunia
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memberikan sambutan dalam acara Katadata CEOs Mangkunegaran Royal Dinner. Ia mengatakan, kepemimpinan negara berkembang menyatukan dunia.
Ia bercerita perjalanan penyelenggaraan G20 akhir tahun lalu di tengah pesimisme beberapa pihak, masalah internal dan eksternal.
Belum lagi, ada tantangan dari sisi geopolitik maupun geoekonomi, termasuk perang Rusia dan Ukraina yang mempertajam polarisasi dunia.
"Di dalam kawasan indopasifik, polarisasi ikut dirasakan dan apabila tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, rivalitas ini dapat dengan mudah berubah menjadi konflik terbuka atau bahkan perang," kata Retno Marsudi dalam acara Katadata CEOs Mangkunegaran Royal Dinner, Minggu (19/3).
Retno Marsudi menyampaikan, ketidakpastian dunia dengan mudahnya memengaruhi situasi ekonomi dunia. Pertumbuhan ekonomi global misalnya, IMF tiap tahun mengoreksi proyeksi mulai dari 6% pada 2021, 3,2% pada tahun lalu hingga 2,7% pada 2023.
"Belum lagi minggu lalu Silicon Valley Bank bangkrut. Tentunya akan ada dampak bagi ekonomi dunia. Tahun lalu, ada isu krisis pangan dan krisis energi,"kata Retno.
Isu-isu itu mewarnai penyelenggaraan G20 di Indonesia akhir tahun lalu.
Retno mengatakan, posisi antar-negara G20 sangat tajam. Akibatnya upaya membangun jembatan untuk mendekatkan posisi di antara mereka sangat tidak mudah.
Dia bercerita, saat itu semua pihak memperkirakan bahwa G20 akan terhenti dan tidak dapat berlanjut. Namun hasilnya, Indonesia dapat menjalankan presidensi G20 dengan sangat baik dan diapresiasi dunia.
"Indonesia telah memberikan semangat kepada negara berkembang, bahwa kepemimpinan negara berkembang menyatukan dunia," ujarnya.
Indonesia juga memimpin Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) tahun ini. Tantangannya juga tidak mudah, salah satunya masalah di Myanmar. Oleh karena itu, tema yang dipilih oleh Indonesia dalam ASEAN Summit 2023 yakni ASEAN Matters Epicentrum of growth.