Temuan terbaru Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menempati posisi teratas. Pada survei periode April 2023 tersebut, Prabowo unggul dalam simulasi terbuka, semi-terbuka, hingga tertutup.
Survei dilakukan pada periode 12-17 April 2023. Dengan begitu hasil survei belum mencerminkan elektabilitas Ganjar setelah diusung secara resmi oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sebagai capres pada Jumat (21/3).
Dalam kategori top of mind, responden menjawab secara spontan siapa presiden yang akan dipilih jika pemilu dilakukan ketika survei tersebut berlangsung. Hasilnya Menteri Pertahanan tersebut mendapatkan posisi teratas dengan memperoleh sebanyak 18,3% suara.
Posisi kedua ditempati bakal calon presiden dari PDIP Ganjar Pranowo dengan perolehan 16,2%. Sedangkan bakal calon presiden yang diusung Partai Nasional Demokrat bersama Partai Keadilan Sejahtera dan Demokrat Anies Baswedan mengikuti di posisi ketiga dengan memperoleh 13,1%.
Direktur LSI Djayadi Hanan mengungkapkan, dari data yang didapat terlihat persaingan di antara tiga nama teratas sangat ketat.
“Kalau kita lihat perbedaan angka untuk ketiga nama, perbedannya dalam dua kali margin of error, alias ketat sekali,” kata Djayadi dalam pemaparannya, di kanal YouTube LSI, Rabu (3/5).
Dalam paparannya Djayadi menjelaskan sejak Januari hingga April 2023, Prabowo terus mengalami penguatan. Sedangkan Ganjar mengalami penurunan dari Februari hingga awal April 2023, dan menguat kembali dari awal hingga pertengahan April 2023.
Sementara Anies cenderung mengalami penguatan namun tidak setinggi yang dimiliki Prabowo. Kandidat lainnya, mendapat selisih cukup jauh dari tiga nama teratas, dan hanya mendapat suara kurang dari 5%.
Kemudian untuk simulasi 34 nama semi terbuka, Prabowo Kembali unggul dari dua kompetitor utamanya. Ia mendapat 26,5% suara, diikuti Ganjar 24,9% dan Anies 19,8%.
Pada posisi keempat dan seterusnya hanya memperoleh suara kurang dari 6%. Beberapa di antaranya yakni Ridwan Kamil di posisi keempat dengan 5,7%, Agus Harimurti Yudhoyono 2,0%, Sandiaga Uno 1,6%, Mahfud MD 1,6%, Erick Thohir 1,2%, dan Khofifah Indar Parawansa 1,0%. Beberapa nama lainnya hanya memperoleh suara di bawah 1%.
Posisi tiga besar dalam simulasi tertutup 10 nama masih menunjukkan hasil yang sama dengan simulasi lainnya. Prabowo memperoleh 28,3%, unggul tipis dari Ganjar 27,3%, lalu diikuti Anies 21,0%. Posisi empat dan seterusnya ditempati RK 7,0%, AHY 2,8%, Sandiaga 2,3%, Erick Thohir 2,1%, Puan Maharani 1,1%, Airlangga Hartarto 0,7%, dan Muhaimin Iskandar 0,5%.
Lalu simulasi 4 nama tertutup. Djayadi mengungkapkan, karena survei dilakukan sebelum penetapan Ganjar sebagai bakal calon presiden yang diusung PDIP, sehingga dalam simulasi masih mencantumkan nama Puan Maharani.
Pada simulasi tersebut, tiga teratas masih dengan komposisi yang sama yaitu Prabowo yang unggul dengan 33,1% suara, disusul Ganjar 31,8%, dan Anies 25,3%.
Kenapa Prabowo, Ganjar, dan Anies Selalu Teratas?
Djayadi mengungkapkan, tingkat kepopuleran menjadi faktor pendukung Prabowo, Anies dan Ganjar selalu menempati tiga teratas simulasi di berbagai survei bakal calon presiden. Dalam survei yang dilakukan LSI tersebut misalnya, ketiganya memiliki tingkat popularitas di atas 80%.
“Salah satu penjelas mengapa mereka kompetitif adalah karena mereka sudah sangat popular,” kata Djayadi.
Ia mengungkapkan, jika variabel tersebut bisa terus dipertahankan maka hingga kedepan persaingan akan terus ketat di antara ketiganya.
Simulasi Elektabilitas Capres Jika Diadakan Dua Putaran
Melihat temuan survei, Djayadi berasumsi ada kemungkinan pilpres akan dilaksanakan dalam dua putaran. Apalagi bila tiga nama teratas ditambah satu nama lagi maju pada pemilu 2024.
“Dengan data-data tersebut, kami bisa perkirakan kemungkinan tidak ada pemenang di putaran pertama. Dengan demikian, presiden ditentukan lewat putaran kedua,” kata Djayadi.
Jika nantinya yang maju dalam putaran kedua yaitu Anies dan Ganjar, simulasi LSI menunjukkan Ganjar unggul dengan 46,7% dan Anies mendapatkan 39,2%. Kemudian sebanyak 14,1% responden belum menentukan akan menjatuhkan pilihan pada calon mana.
Dengan kondisi tersebut, Djayadi berpandangan segala kemungkinan masih bisa terjadi, mengingat jarak suara di antara keduanya tidak terlalu jauh dan juga masih terdapat 14% lebih pemilih yang belum menentukan suara. Pada januari 2021 Anies unggul signifikan atas Ganjar. Namun pada Juni 2022, Anies dan Ganjar cenderung sama kuat.
Selanjutnya pada Agustus dan Oktober 2022, Anies dan Ganjar sama kuat. Jarak Anies dan Ganjar mulai melebar pada April 2023 ini.
"Kalau dari data LSI dengan jarak 6,5% selisihnya,” kata Djayadi.
Kemudian, jika nantinya Prabowo yang akan menghadapi Anies, dalam simulasi didapatkan Prabowo unggul dengan 51,7%, dan Anies mendapatkan 35,8%. Djayadi mengatakan dengan keunggulan signifikan tersebut, Prabowo berpotensi menang jika nanti lawannya adalah Anies. Adapun yang belum memilih sekitar 12,5%.
“Jadi seandainya angka 12,5% yang belum menyatakan pilihan dalam simulasi ini semuanya berpindah ke Anies, maka angka ini masih di bawah 50% maka Prabowo masih menang,” katanya.
Simulasi terakhir, jika terjadi duel antara Prabowo dan Ganjar, Prabowo unggul dengan 49,2% dan Ganjar mendapat 39,7%, dan 11,1% responden masih belum menentukan pilihan. Berdasarkan hasil tersebut, meski unggul, Prabowo masih belum bisa dipastikan aman.
“Masih ada 11,1% yang belum menentukan pilihan. Karena belum capai 50%, posisi Prabowo belum aman, meski potensi menangnya sudah besar,” katanya.
Di sisi lain, ia menjelaskan jarak elektabilitas di antara keduanya cenderung stabil dari Juni hingga Oktober 2022, namun ketika menjelang April 2023 elektabilitas Prabowo mengalami peningkatan yang cukup besar.