Istana Jelaskan Alasan Jokowi Cawe-cawe 2024, Ada Kebijakan Strategis

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/rwa.
Presiden Joko Widodo berjalan menuju Media Center KTT ke-42 ASEAN di Hotel Bintang Flores Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Selasa (9/5/2023).
30/5/2023, 15.07 WIB

Presiden Joko Widodo secara eksplisit mengatakan akan cawe-cawe atau ikut campur dalam memastikan keberlanjutan pembangunan nasional. Kepala Negara menilai presiden yang akan memegang kekuasaan selama 10 tahun ke depan sangat krusial.

Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media, Sekretariat Presiden Bey Machmudin menjelaskan tujuan cawe-cawe yang dimaksud. Jokowi berharap agar pemimpin selanjutnya dapat mengawal dan melanjutkan kebijakan-kebijakan strategis.

Sebagian kebijakan yang dimaksud adalah pembangunan Ibu Kota Nusantara, hilirisasi, dan transisi energi bersih. Selain itu, Jokowi ingin memastikan peserta Pemilu serentak 2024 dapat berkompetisi secara bebas dan adil.

"Presiden akan menjaga netralitas TNI, Polri, dan ASN. Presiden ingin pemilih mendapat informasi dan berita yang berkualitas tentang peserta Pemilu," kata Bey kepada wartawan, Senin (29/5).

Bey mengatakan Kepala Negara berharap pemilih bisa mendapatkan informasi dan berita terkait Pemilu yang berkualitas. Dengan demikian, pemerintah dapat mencegah berita bohong, dampak negatif kecerdasan buatan, dan kampanye hitam lewat media sosial dengan lebih baik.

Jokowi berkepentingan agar Pemilu 2024 terselenggara dengan baik dan aman. Hal tersebut dinilai dapat meniadakan polarisasi maupun konflik sosial di masyarakat.

Maka dari itu, Bey mencatat Jokowi akan menghormati dan menerima pilihan rakyat. Menurutnya, Jokowi akan membantu transisi kepemimpinan nasional dengan sebaik-baiknya.

Sebagai informasi, Jokowi telah mengundang beberapa pimpinan media ke Istana Kepresidenan kemarin, Senin (29/5). Wakil Pemimpin Redaksi Kompas TV Yogi Nugraha mengatakan cawe-cawe yang dimaksud Jokowi dalam Pemilu mendatang untuk menjaga momentum pembangunan negara.

Jokowi, menurut Yogi, menjelaskan Indonesia memiliki momentum untuk menjadi negara maju dalam 13 tahun ke depan. Oleh sebab itu, perlu pemimpin yang tepat untuk membawa Indonesia ke masa depan.

"Jadi tadi (Jokowi) mengatakan pemimpin di tahun 2024, 2029 dan 2034 itu sangat krusial untuk mewujudkan 13 tahun," kata Yogi.


Reporter: Andi M. Arief