Pemerintah bakal melarang ekspor pasir kuarsa untuk membangun industri hilirisasi kaca. Investor asal Cina rencana membangun industri pabrik kaca dengan nilai investasi US$ 11,5 miliar.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan pasir kuarsa merupakan salah satu komoditas yang masuk dalam program hilirisasi pemerintah. Dengan membiarkan ekspor bahan baku, kata dia, maka negara lain seperti Cina yang mendapatkan keuntungan.
"Sekarang pasir kuarsa lebih banyak ekspor ke Cina dan mereka yang menikmati nilai tambah," kata Agus di Senayan Park, Jakarta Pusat hari ini, Rabu (2/8).
Agus menyatakan nilai tambah dari penghiliran pasir kuarsa akan lebih besar dari hilirisasi nikel. Akan tetapi, Agus tidak merinci lebih lanjut berapa besar nilai tambah yang dimaksud.
Nilai tambah dari hilirisasi nikel mencapai 10 kali lipat setelah larangan ekspor mulai 2020. Hal tersebut terlihat dari nilai ekspor nikel pada 2018-2019 senilai US$ 3,3 miliar menjadi US$ 33 miliar pada 2022.
Pemerintah mengajak pengolah pasir kuarsa untuk masuk ke dalam negeri, khususnya produsen asal Negeri Panda. Presiden Joko Widodo telah mendapatkan nota kesepahaman terkait pengembangan pasir kuarsa di Indonesia saat mengunjungi Cina pada pekan lalu, Kamis (27/7).
Perusahaan panel surya asal Cina, Xinyi Solar Energy, dikabarkan siap mengucurkan investasi hingga US$ 3 miliar atau sekitar Rp 46 triliun (asumsi kurs Rp 15.518 per dolar AS) untuk mengamankan pasokan pasir silika di Bangka Belitung (Babel).
"Xinyi ini perusahaan terbesar di dunia pemain kaca. Market share-nya 20 persen lebih, kurang lebih sekitar 26 persen market share dari perusahaan ini," kata Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam video keterangan pers, Jumat (28/7).
Bahlil mengatakan Xinyi telah berkomitmen untuk membangun industri di Rempang, Batam, dan akan menjadi pabrik kedua terbesar di dunia setelah China.
Menurut Bahlil, pabrik Xinyi tersebut nantinya akan menjadi wujud hilirisasi dari pabrik kuarsa dan beberaa bahan baku lain yang ada di Indonesia.
"Kalau kita sudah sukses membangun ekosistem hilirisasi dari nikel, sekarang mulai kira dorong ke pasir kuarsa. Nanti output produknya akan dilakukan hampir 95 persen untuk ekspor, karena pasarnya adalah pasar luar negeri," ujarnya.
Bahlil menambahkan bahwa pabrik Xinyi di Batam nantinya juga akan memproduksi panel surya yang bakal diperuntukkan pasar ekspor.
Bahlil merujuk pada pabrik PT Xinyi Glass Indonesia yang berada di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE, Gresik, Jawa Timur.
Selain itu, Bahlil melaporkan bahwa Presiden Jokowi juga menyaksikan tercapainya kesepakatan percepatan implementasi kawasan industri di Kalimantan Utara khususnya untuk membangun ekosistem petrokimia dan sekaligus membangun ekosistem kendaraan listrik (EV) dengan mempergunakan energi baru terbarukan dari Sungai Kayan.
"Ini direncanakan pembangunan secara komprehensif akan dilakukan Desember tahun ini atau Januari tahun depan," kata Bahlil.