Baznas Bidik Lebih Banyak Anak Muda Jadi Pembayar Zakat Besar

Katadata
Ketua Baznas Noor Achmad (tengah) dalam sebuah diskusi di Kantor Baznas, Jakarta, Rabu (30/8). Foto: Ameidyo Daud.
31/8/2023, 11.19 WIB

Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) membidik segmen milenial dan anak muda sebagai muzaki atau pembayar zakat yang lebih besar. Ini karena generasi ini merupakan tulang punggung ekonomi Indonesia di masa depan.

Ketua Baznas Noor Achmad mengatakan dalam 10 tahun mendatang, jumlah anak muda yang menjadi pembayar zakat sangat besar. Ia juga berharap jumlah mustahik atau penerima zakat yang perekonomiannya membaik bisa bertambah.

"Dari upaya kami, (estimasinya) sekitar 60% adalah milenial," kata Noor dalam sebuah diskusi di kantor Baznas, Jakarta, Rabu (20/8).

Noor mengatakan saat ini kontribusi zakat digital mencapai 21,7% dari seluruh pembayaran zakat. Ia meyakini mayoritas jumlah muzaki digital merupakan milenial.

"Ada 21,8% kontribusi zakat ritel, itu juga bisa dari milenial," katanya.

Belum lagi ada 28% zakat yang berasal dari perusahaan. Noor mengatakan sebagian jumlah ini berasal dari pengusaha yang berusia muda.

"Kemarin, beberapa pengusaha muda datang ke sini untuk membayar zakat, mereka bangga," katanya.

Oleh sebab itu, Baznas akan terus mencetak para muzaki loyal terutama dari mereka yang berusia muda. Mereka akan menggencarkan dakwah pentingnya zakat dan dampaknya terhadap perekonomian para mustahik.

"Milenial kota dididik bukan untuk menjadi kapitalis, mereka berani membayar zakat lebih," katanya.

Dari data Baznas, pada 2022 mereka telah menyalurkan zakat senilai Rp 22,4 triliun. Angka tersebut meningkat dari Rp 14,1 triliun pada 2021.

Selain itu, sepanjang 2022, dana zakat yang dikumpulkan Baznas berhasil mengentaskan kemiskinan kepada 463.154 mustahik fakir miskin. Sebanyak 194.543 di antaranya berada pada kondisi miskin ekstrem.

Adapun, total penerima manfaat Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) dan Dana Sosial Keagamaan Lainnya (DSKL) pada 2022 mencapai 33,9 juta jiwa.

Sedangkan mayoritas masyarakat muslim Indonesia lebih mengutamakan pengeluaran untuk sedekah ketimbang belanja pada Ramadan tahun lalu.  Hal ini terlihat dalam laporan survei JakPat, di mana 84% responden sudah menyiapkan pengeluaran untuk zakat, dan 76% menyiapkan uang untuk infak.