Jokowi Bidik Ketahanan Pangan Domestik di Tengah Krisis Pangan Global

Katadata
Presiden Joko Widodo saat memberikan orasi ilmiah pada Dies Natalis ke-60 IPB pada Jumat (15/9/2023).
15/9/2023, 11.29 WIB

Presiden Joko Widodo mengatakan kondisi geopolitik global yang berlangsung saat ini telah menyulut krisis pangan dunia. Kondisi tersebut dipicu oleh ketegangan antara Rusia dan Ukraina yang berdampak pada macetnya pasokan gandum di Eropa, Afrika, hingga Asia.

Kondisi tersebut merembet kepada kebijakan 19 negara yang membatasi ekspor pangan untuk mengamankan cadangan domestik. Satu diantaranya yakni keputusan India untuk menghentikan ekspor beras ke pasar internasional sejak 20 Juli 2023. Jokowi menilai langkah India ikut mengerek harga beras di seluruh dunia.

Departemen Pertanian Amerika Serikat mencatat India menjadi eksportir beras nomor satu dunia dengan penjualan luar negeri 22,5 juta ton pada tahun perdagangan 2022/2023. Penyetopan ekspor beras oleh India dapat mengancam kekosongan seperlima produk beras dunia.

Jokowi menjelaskan konflik bersenjata antara Rusia dan Ukraina yang makin meruncing sejak Februari 2022 berdampak pada penyetopan laju ekspor gandum sebesar 77 juta ton dari Ukraina. Informasi tersebut dia peroleh saat melangsungkan pertemuan selama 2,5 jam dengan Presiden Volodymyr Zelinsky di Istana Mariinsky, Kyiv pada 29 Juni 2022.

"Gandum yang tidak bisa keluar untuk diekspor 77 juta ton. Biasanya itu masuk ke Afrika dan ke Asia namun berhenti karena Pelabuhan Odessa diblok oleh Rusia," kata Jokowi saat memberikan orasi ilmiah pada Dies Natalis ke-60 IPB pada Jumat (15/9).

Jokowi melanjutkan perdagangan gandum dunia kian terpuruk usai Rusia juga menghentikan ekspor sebanyak 130 juta ton. Informasi tersebut dia peroleh usai bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Kremlin pada 30 Juni 2022.

"Tiga jam saya bicara, akhirnya keluar angka 130 juta ton gandum berhenti. Artinya ada total 207 juta ton gandum berhenti di Ukraina dan di Rusia. Kalau berhenti, yang biasanya menerima ekspor makan apa? itulah konteks geopolitik yang berhubungan dengan krisis pangan," ujar Jokowi.

Jokowi menyebut kondisi krisis pangan dunia saat ini ikut mempengaruhi kondisi cadangan strategis beras nasional. Suplai Impor beras belakangan relatif sulit karena kebijakan mayoritas negara produsen pangan yang kini menghentikan ekspor.

Keadaan tersebut makin diperparah dengan munculnya fenomena perubahan iklim, kenaikan suhu bumi, El Nino dan hingga kenaikan air laut dan kemarau berkepanjangan. "Kita mau memperbesar cadangan strategis beras kita, mau impor juga sulit karena barangnya sulit didapatkan. Sekarang mencarinya sangat sulit karena ingin menyelamatkan rakyatnya sendiri," kata Jokowi.

Kendati demikian, Jokowi mendorong masyarakat untuk tidak khawatir terkait ancaman krisis pangan. Dia percaya, munculnya sejumlah persoalan dapat melahirkan berbagai inovasi yang dapat menjadi terobosan dalam mengantisipasi ancaman krisis pangan.

Menurut Jokowi, permintaan komoditas pangan nasional akan naik seiring tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia yang berada di kisaran 1,25% per tahun. Kondisi tersebut bisa menjadi peluang untuk meningkatkan cadangan pangan domestik.

"Bagaimana untuk menjadikan permasalahan pangan dunia sebagai peluang Indonesia untuk menjadi lumbung pangan. Ini bisa menjadi sebuah kesempatan sehingga justru bisa meningkatkan kesejahteraan petani kita nantinya," ujar Jokowi.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu