Gaza Dikepung Israel, Rumah Sakit hanya Mampu Bertahan Dua Pekan

Ashraf Amra/Reuters
Ilustrasi, sebuah gedung di Gaza hancur terkena serangan rudal Israel.
11/10/2023, 14.04 WIB

Warga Palestina di Gaza bersiap menghadapi serangan Israel dalam skala yang lebih mematikan. Mereka juga harus menghadapi kekurangan pasokan air, makanan, dan listrik ke Gaza.

Dengan Israel memutus pasokan listrik ke Gaza, maka masyarakat langsung merasakan dampaknya. Kekurangan listrik mengakibatkan warga tak bisa mengisi ulang baterai ponsel mereka.

Dampaknya, mereka terputus dari komunikasi dan berita. Pada malam hari, mereka berada dalam kegelapan total, sementara ledakan terus muncul dari serangan udara Israel.

Pejabat Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan rumah sakit diperkirakan akan kehabisan bahan bakar dalam dua pekan. Padahal, energi diperlukan peralatan untuk menyelamatkan nyawa pasien.

Blokade Israel juga mengakibatkan pasokan air terputus. Hal ini juga mengakibatkan sanitasi masyarakat, terutama di pengungsian terganggu.

Seorang anak bernama Israa al-Qishawi yang berusia 13 tahun merasakan kesulitan ini. Bocah yang tinggal di pengungsian ini kerap ingin ke toilet karena rasa takut, namun tidak ada air.

"Ini menjijikkan," kata al-Qishawi dikutip dari Reuters, Rabu (11/10).

Warga lain, Mohammad Brais terpaksa meninggalkan rumah untuk berlindung di tokonya. Namun, tokonya terkena hantaman rudal dari serangan udara dan artileri.

"Ke mana lagi kita harus pergi?," kata pria berusia 55 tahun itu.

Di kamp pengungsi Jabalia, para petugas memanjat sebuah bangunan untuk mengeluarkan bayi dari reruntuhan. Para pekerja juga lalu lalang sembari mengangkut tandu yang membawa korban luka.

Proses pemakaman juga memenuhi jalan di Gaza. Di Rafah, para pria berjalan di belakang jenazah dengan membawa bendera Palestina dan Hamas.

Pengepungan dilakukan usai adanya serangan Hamas ke Israel pada Sabtu (7/10). Serangan terbesar sejak 1973 ini menyebabkan Israel mendeklarasikan perang.

Sedangkan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant memperingatkan bahwa harga yang harus dibayar oleh Gaza. "Tidak ada listrik, tidak ada makanan, tidak ada air, tidak ada gas, semuanya ditutup,” kata Gallant.