Pengusaha tekstil sekaligus founder Lana Daya, Clarissa Nilistiani, menyampaikan penggunaan tanaman rami bisa menjadi pengganti kapas untuk bahan baku tekstil yang lebih ramah lingkungan. Tanaman rami juga diyakini bisa menjaga kesehatan para petani.
Menurut Clarissa penggunaan tanaman Rami bisa menjadi pahlawan dalam menggantikan posisi kapas yang biasa digunakan sebagai bahan baku di industri tekstil. Selain itu tanaman Rami memiliki tingkat ketahanan terhadap curah hujan yang tinggi dan bisa bertahap pada perubahan iklim.
“Jadi tanaman rami itu tentu bisa membantu penghijauan yang biasa kita tahu dia berbeda sedikit dengan kapas, kalau kapas adalah tanaman bunga. Tapi kalau Rami itu tanaman seperti pada umumnya, jadi dia seperti sejenis pohon,” kata Clarissa dalam acara Count Down TEDx, di Jakarta, Sabtu (11/11).
Rami merupakan tanaman tahunan yang berbentuk rumpun dan mudah tumbuh di daerah tropis. Di Indonesia tanaman rami mudah tumbuh di berbagai lahan dan relatif aman dari serangan hama. Atas alasan itu Clarissa menilai tanaman rami yang memiliki serat baik bisa digunakan sebagai pengganti kapas
“Tanaman ram memiliki kemampuan penghijauan terhadap oksigen. Itu tentunya memiliki dampak yang sama dengan saat menanam pohon-pohon pada umumnya juga,” kata Clarissa lagi.
Selain itu, dari sisi ekonomi penggunaan tanaman rami sebagai bahan baku jauh lebih terjangkau karena harganya yang lebih murah. Menurut Clarissa tanaman tersebut juga bisa panen setiap empat kali dalam setahun. Sedangkan kapas hanya bisa panen sekali setiap tahunnya.
Menurut data Kementerian Perdagangan tahun 2011 nilai impor kapas di Indonesia mencapai 800 kilogram (kg). Angka tersebut dispekulasi akan terus meningkat setiap tahunnya. Padahal menurut Clarissa produksi kapas yang berlebihan membuat tercemarnya lingkungan karena banyaknya air dan pestisida yang digunakan.
“Dalam produksi kapas, dapat menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatan manusia dan lingkungan karena sebagian besar penggunaan pestisida selama produksi,” ujar Clarissa.
Penggunaan kapas yang berlebihan untuk bahan baku tekstil menurut Clarissa harus segera dihentikan. Ia mencontohkan terdapat sebanyak 5,8 juta per tahun petani kapas di India setiap tahunnya terekspos dengan pestisida, dan banyak di antaranya yang meninggal dunia, serta mengalami sakit kronis jangka panjang.
Di sisi lain menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengimpor sebanyak 2,20 juta ton tekstil dan produk tekstil sepanjang 2021. Jumlah ini meningkat 21,1% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebanyak 1,82 juta ton. Baju impor di Tanah Air terbesar berasal dari Tiongkok. Tercatat, total tekstil dan produk tekstil yang diimpor dari negara tersebut sebanyak 990,20 ribu ton atau sebanyak 44,86% dari total impor tahun lalu.
Karena itu ia ia berkeyakinan penggunaan tanaman rami menjadi bahan baku tekstil bisa menjadi jawab atas ketergantungan impor kapas dalam negeri. Selain itu ia meyakini rami akan menjadi bahan baku tekstil yang lebih ramah lingkungan dan mudah didapat di Indonesia.