Sikap Gibran saat Debat Cawapres Menuai Kritik

Katadata/Hufaz Muhammad
Calon wakil presiden nomor urut 02 Gibran Rakabuming Raka melongok ke kanan dan ke kiri mencari-cari jawaban dari Cawapres nomor urut 03 Mahfud MD dalam Debat Keempat Pilpres 2024 di Jakarta Convention Center, pada Minggu (21/1).
Penulis: Agung Jatmiko
25/1/2024, 14.31 WIB

Penampilan calon wakil presiden nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka dalam debat Pilpres 2024, Minggu (21/1), menuai kritik dari sejumlah pihak. Kritik utama adalah soal etika Wali Kota Solo ini, saat menanggapi jawaban dari cawapres lain saat debat.

Dari pihak lawan, Juru Bicara Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Chico Hakim menilai, penampilan Gibran debat minim substansi, dan menutupinya dengan gaya bicara penuh percaya diri yang berlebihan.

Selain Chico, Dewan Pembina Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid juga mengkritik penamapilan Gibran yang dinilai melecehkan kandidat cawapres lain.

"Para kandidat capres dan cawapres mestinya bisa saling menunjukkan rasa hormat dalam debat. Sebab, mereka semua adalah para tokoh yang dianggap layak sebagai para calon pemimpin," kata Yenny.

Kritik Terhadap Sikap Gibran saat Debat Cawapres

Gibran acungkan dua jari (Katadata/Hufaz Muhammad)

Usai debat cawapres yang digelar pada 21 Januari lalu, selain dihujani cibiran oleh netizen di media sosial, sikap Gibran selama debat juga mengundang kritik dari para tokoh dan pengamat.

Gaya Gibran selama debat cawapres dinilai melecehkan lawan debat, yakni cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar, dan cawapres nomor urut 2 Mohammad Mahfud Mahmodin atau Mahfud MD.

Salah satu tokoh yang mengkritik penampilan Gibran dalam debat cawapres, adalah Alissa Qotrunnada atau Alissa Wahid. Melalui akun media sosial X miliknya. Ia menyoroti gestur celingak-celinguk yang dilakukan Gibran saat menanggapi pernyataan Mahfud MD.

Momen tersebut terjadi setelah Gibran menyampaikan pertanyaan bagaimana cara mengatasi greenflation atau inflasi hijau kepada Mahfud. Namun Gibran yang merasa tidak puas dengan jawaban Mahfud, kemudian menampilkan gestur celingak-celinguk seolah mencari sesuatu.

"Menyayangkan sikap mas @gibran_tweet malam ini. Sedikit jahil berbeda dengan sikap melecehkan orang lain. Dan itu yang tadi ditunjukkan mas Gibran berulang-ulang kepada kedua kandidat lain," ujar Alissa melalui akun X @AlissaWahid.

1. Kematangan Emosi dan Kedewasaan Gibran Dikritik

Direktur Eksekutif Voxpol Center Research & Consulting Pangi Syarwi Chaniago menyebutkan, Gibran terlalu membabi buta menyerang, merendahkan, dan mengolok-olok karakter personal kandidat lainnya.

"Berkali-kali meremehkan KPU sebagai penyelenggara debat, dengan tidak mematuhi aturan dan tata tertib, yang berkali-kali diulang oleh moderator," ucap Pangi dalam keterangannya, Selasa (23/1).

Menurutnya, ini menjadi salah satu alasan mengapa seorang cawapres hendaknya berusia 40 tahun ke atas. Sebab, usia ini dianggap memiliki kematangan emosional.

Gibran dinilai tidak memenuhi kriteria kematangan emosional tersebut, karena mempertontonkan sikap kekanak-kanakan, dan terkesan merendahkan. Selain itu, ia juga disebut kerap bicara di luar konteks, serta menampilkan gimik yang tidak perlu.

2. Gaya Gibran saat Debat Dinilai Sarat Gimik yang Tidak Perlu

Debat keempat Pilpres 2024 (ANTARA FOTO//M Risyal Hidayat/tom.)

Gaya Gibran saat debat cawapres yang menunjukkan gestur melecehkan dan mengeluarkan istilah-istilah asing juga tidak luput dari kritik.

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menilai pertanyaan yang diajukan Gibran saat debat tersebut seperti teka-teki silang. Menurutnya, Gibran sebaiknya mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan komitmen terhadap rakyat. Sebab, debat cawapres bukan merupakan kuis teka-teki silang.

Cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar pun merasa bahwa debat menjadi tidak beretika, karena menjadi ajang tebak-tebakan istilah. Padahal, debat semestinya menjadi forum pertukaran gagasan.

Kritik dari Hasto dan Muhaimin ini mengacu pada tindakan Gibran yang selalu mengeluarkan istilah-istilah asing. Saat debat, bukannya membahas secara mendalam, Gibran justru "mengolok-olok" Muhaimin.

"Ini agak aneh, ya. Yang sering ngomongin LFP itu timsesnya, tetapi cawapresnya enggak paham LFP itu apa. 'Kan aneh. Sering bicara LFP, LFP, lithium ferro phosphate," kata Gibran, dalam debat cawapres, Minggu (21/1).

Direktur Algoritma Research and Consulting Aditya Perdana mengatakan, dalam debat cawapres, gaya komunikasi dan sikap kandidat yang memunculkan pro-kontra di publik patut disorot.

Ini terlihat dari tindakan Gibran yang terus-menerus melontarkan istilah teknis, yang kemudian menjadi bumerang. Pasalnya, berbeda dengan debat cawapres sebelumnya, kini Muhaimin dan Mahfud MD jauh lebih siap.

Selain itu, KPU sendiri telah mengeluarkan aturan bahwa istilah asing yang diucapkan harus diikuti dengan definisi dan penjelasan.

"Saya pikir, debat keempat sebenarnya telah membuka mata publik juga bahwa kapasitas pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh capres-cawapres harus diiringi kepatutan dalam berkomunikasi yang baik dalam forum resmi," kata Aditya, dilansir dari Kompas.id.

Menurutnya, aspek kepatutan tersebut menjadi penting untuk diperhatikan sebagai pertimbangan pemilih yang masih bimbang.

Media Asing Ikut Mengkritisi Sikap Gibran saat Debat Cawapres

Debat keempat Pilpres 2024 (ANTARA FOTO//M Risyal Hidayat/tom.)

Tak hanya dari dalam negeri, sikap Gibran saat debat cawapres pun juga disorot oleh media luar negeri. Channel News Asia misalnya, mengkritik putra sulung Jokowi ini melalui artikel berjudul 'Dent in public hype over Indonesia VP candidate Gibran after 'rude' gesture against opponent in live debate'.

Dalam pemberitaan CNA tersebut, sikap Gibran dinilai kasar selama debat cawapres berlangsung. Sikapnya kontras dengan debat cawapres pertama yang berlangsung pada Desember 2023.

Selain CNA, South China Morning Post atau SCMP juga mengikuti jalannya debat cawapres Indonesia, dan mengkritik penampilan Gibran.

Dalam artikel berjudul 'Indonesia election 2024: Gibran resorts to ‘gotcha questions’, jargon in VP debate in bid to trip up rivals', Gibran disebut menggunakan jargon dan singkatan asing untuk menjebak saat melempar pertanyaan ke lawannya. Saat diingatkan untuk menjelaskan istilah tersebut, ia justru malah merendahkan Mahfud MD.

"Saya tidak akan menjelaskan istilah itu kepadanya, karena dia adalah seorang profesor. Greenflation adalah inflasi hijau, sesederhana itu," kata Gibran.

Dosen senior politik Indonesia di Universitas Murdoch Australia Ian Wilson berpendapat, Gibran cenderung berpegang teguh pada naskah, dan menguraikan lebih banyak kebijakan yang sama.

Gibran juga dinilai menghindari debat yang sehat, dan lebih memilih untuk melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak masuk akal, serta bersikap merendahkan lawan debat.