Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras atau Perpadi memprediksi harga beras baru akan turun paling cepat pada pertengahan Maret 2024.
Ketua Umum Perpadi Sutarto Alimoeso menilai, harga beras di pasar hanya dapat turun maksimal 10% pada akhir kuartal pertama 2024. Ini karena panen padi akan mulai tumbuh pada pertengahan Maret 2024.
"Harga beras tidak akan turun lebih dari 10% terhadap harga saat ini atau hanya sekitar 5% saja," kata Sutarto kepada Katadata.co.id, Selasa (30/1).
Badan Pangan Nasional mendata, harga beras konsisten naik selama 30 hari terakhir. Rata-rata nasional harga beras premium mencapai Rp 15.530 per kilogram hari ini, Selasa (30/1), sedangkan harga beras medium Rp 13.560 per kg.
Harga beras premium dan medium tertinggi ditemukan di Papua Pegunungan atau masing-masing mencapai Rp 25.000 per kg dan Rp 21.450 per kg.
Sutarto menjelaskan, pertumbuhan harga beras sepanjang Januari 2024 disebabkan oleh pasokan domestik yang minim. El Nino telah menggeser waktu tanam dari Oktober 2023 menjadi bulan ini. Ini menyebabkan masa panen bergeser dari Januari-Februari 2024 menjadi Maret-April 2024.
Bapanas mendata, tingkat konsumsi bulanan beras secara nasional adalah 2,54 juta ton. Sementara itu, produksi beras pada Januari 2024 diproyeksikan hanya 930.000 ton atau susut 30,59% secara tahunan.
Lembaga ini memperkirakan, produksi beras pada Februari 2024 hanya mencapai 1,32 juta ton atau 53,68% secara tahunan. Dengan demikian, total produksi beras pada Januari-Februari 2023 hanya mencapai 2,25 juta ton, sedangkan konsumsi nasional 5,08 juta ton. Surplus beras sepanjang 2023 juga hanya 270.000 ton.
Sutarto menilai, kondisi tersebut diperburuk dengan program SPHP dan bantuan pangan yang kurang masih dan kurang tepat sasaran bulan ini. Menurutnya, kedua program tersebut seharusnya dapat menahan kenaikan beras selama Januari 2024.
Lantaran kondisi tersebut, Suharto meramalkan harga beras di dalam negeri akan terus menanjak sepanjang Februari 2024 hingga awal Maret 2024. Ia berharap program bantuan pangan dan SPHP harus tetap dilakukan pemerintah pada bulan depan.
"Sekalipun ada bantuan pangan dan SPHP pada Februari 2024, nampaknya harga gabah dan beras akan tetap tinggi. Kalau bantuan pangan dan SPHP tidak tepat, harga akan naik sekalipun tidak banyak," ujarnya.
Direktur Utama Bulog Bayu Krisnamurthi sebelumnya mengatakan, bantuan pangan dan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan atau SPHP telah berhasil meredam inflasi beras pada tahun lalu. Namun, bantuan pangan pada Januari 2024 belum berjalan penuh lantaran terkendala proses verifikasi.
Bayu menjelaskan, bahwa proses tersebut merupakan sesuatu yang wajar untuk pemutakhiran data penerima bantuan pangan. Walau demikian, dia menekankan bahwa proses belum berjalan sepenuhnya karena bukan disebabkan bantuan pangan tapi harga beras konsisten naik sepanjang awal 2024.
"Faktor utama kenaikan harga beras masih sama, yakni keterlambatan tanam yang berakibat keterlambatan panen dan produksi," kata Bayu kepada Katadata.co.id, Senin (29/1).
Bayu mengatakan, penyaluran bantuan pangan akan tersalurkan seluruhnya paling lambat pada minggu ke-2 Februari 2024. Pada saat yang sama, Bayu mendata volume beras SPHP yang telah disalurkan naik 120% secara tahunan pada bulan ini.
Berdasarkan data Bulog, volume beras SPHP yang sudah disalurkan mencapai 110.000 ton pada 1 sampai 25 Januari 2024. Tercatat penyaluran beras SPHP pada 2023 mencapai 80.000 ton per bulan.
"Jika bantuan pangan dan SPHP berjalan penuh diharapkan akan mampu meredam kenaikan dan inflasi harga beras. Namun penurunan harga sangat tergantung pada kondisi panen yang diperkirakan mulai meningkat pada Mei 2024," ujarnya.