Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Lolly Suhenty mengungkapkan menerima banyak laporan mengenai dugaan adanya penggelembungan suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Menurut Lolly laporan itu kini tengah dipelajari Bawaslu.
"Saat ini kami masih nunggu dari bawah, tapi informasi yang masuk ke kami (terkait penggelembungan suara PSI) banyak," kata Lolly kepada wartawan di Kantor KPU, Jakarta Pusat, Senin (4/3).
Berdasarkan hal itu, kata Lolly, Bawaslu menampung seluruh laporan yang masuk. Langkah lainnya, dengan mengerucutkan ke tingkat kabupaten/kota untuk dilakukan pencermatan yang telah masuk ke tingkat provinsi.
Selain itu, Lolly mengatakan, Bawaslu juga mengkompilasikan dalam skala rekap nasional. Hal itu bertujuan agar memiliki dokumen yang dicermati.
Lonjakan suara PSI dalam beberapa hari terakhir menjadi sorotan lantaran dinilai tidak sesuai dengan kenyataan. Ketua Majelis Pertimbangan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy atau biasa disapa Rommy mengatakan partainya telah mengantongi sejumlah bukti terkait dugaan penggelembungan suara untuk PSI. Menurut Rommy penggelembungan itu terjadi tidak di tingkat tempat pemungutan suara atau TPS.
“Diduga mulai di pleno tingkat kecamatan. Tangkapan layar form C1 di berbagai media sosial membandingkan antara Sirekap vs form C1,” kata Rommy dalam keterangannya, dikutip Senin (4/3).
Rommy mengatakan, dugaan kecurangan PSI dilakukan sebelum dan setelah pencoblosan. Sebelum pencoblosan, dirinya mendengar adanya operasi pemenangan PSI yang dilakukan oleh aparat. Operasi tersebut, memberikan target pada penyelenggara Pemilu daerah agar partai yang diketuai oleh putra Presiden Joko Widodo (Jokowi) Kaesang Pangarep tersebut mendapat 50 ribu suara di tiap kabupaten/kota di luar Jawa.
Meski begitu, ia mengatakan rencana pertama itu tidak mulus sehingga perolehan PSI berdasarkan quick count jauh di bawah ambang batas parlemen 4%. Setelah itu ia mengaku mendengar skenario kedua untuk meloloskan PSI.
“Memindahkan suara partai yang jauh lebih kecil yang jauh dari lolos PT (parliamentary threshold) kepada coblos gambar partai tersebut dan/atau; 2. Memindahkan suara tidak sah menjadi coblos gambar partai tersebut,” kata Rommy.
Rommy menyebut, dirinya memperhatikan pandangan dari sejumlah analis yang berasal dari lembaga survei dan pengawal pemilu seperti Burhanuddin Muhtadi dan Yunarto Wijaya. Para praktisi itu menurut Rommy juga menyoroti adanya kenaikan tajam suara PSI.
Merujuk hasil real count terhadap 530.776 tempat pemungutan suara (TPS) per Senin (26/2) pukul 06.00 WIB, menunjukkan PSI mendapatkan 2.001.493 suara atau 2,68%. Menurut pantauan Katadata dari situs pemilu2024.kpu.go.id, perolehan suara PSI melonjak pesat menjadi 2.404.288 suara atau 3,13% pada Senin (4/3) pukul 10.00.
Adapun jumlah tempat pemungutan suara bertambah dari 530.776 TPS menjadi 542.041 TPS. Di sisi lain suara partai peserta pemilu lainnya tak mengalami perubahan signifikan menurut hasil real count.
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie mengatakan jumlah suara PSI yang cenderung melonjak pesat selama sepekan terakhir merupakan hal wajar. Ia meminta semua pihak tidak berupaya melakukan penggiringan opini yang bersifat tendensius pada partainya. Ia mengatakan apabila terdapat penambahan atau pengurangan suara selama proses rekapitulasi adalah hal wajar.
"Yang tidak wajar adalah apabila ada pihak-pihak yang mencoba menggiring opini dengan mempertanyakan hal tersebut," ujar Grace dalam siaran resmi, Sabtu (2/3).
Sebelumnya, didapati adanya lonjakan suara signifikan yang didapatkan PSI di Pemilu 2024. Kendati demikian, berdasarkan perhitungan sementara yang dilakukan KPU, partai yang diketuai oleh putra Presiden Joko Widodo (Jokowi) Kaesang Pangarep itu belum tembus ambang batas parlemen 4 persen.