Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui penurunan angka stunting mengalami stagnasi. Jokowi juga menjelaskan mengapa pemerintah kesulitan menekan angka tengkes.
Jokowi menganggap penurunan angka stunting bukan hanya urusan makanan semata. Dia menyebut upaya penurunan angka stunting juga harus memperhatikan tambahan gizi, kebersihan tempat tinggal dan perbaikan sanitasi, utamanya di lingkungan perkampungan.
"Sanitasi air bersih, lingkungan tempat tinggal, semua harus terkosolidasi dengan baik. Itu yang terus pemerintah lakukan," kata Jokowi usai meninjau Pekan Imunisasi Nasional di Posyandu Rajawali 3, Komplek Graha Nendali Sentani Timur, Kabupaten Jayapura pada Selasa (23/7).
Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI), angka stunting 2023 berada di 21,5%, turun 0,1% jika dibandingkan pada 2022 sebanyak 21,6%. Padahal, pemerintah menargetkan penurunan pravelensi stunting di angka 14% pada 2024.
Jokowi mengakui target ini sangat ambisius karena angka stunting saat ini masih berada di level 21%. "Sebelumnya tingkat penurunannya agak tebal, tapi sekarang mulai tipis. Pemerintah tetap berusaha agar ditekan menuju ke bawah 14%," kata Jokowi.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menambahkan, upaya penurunan stunting belakangan ini terbilang cukup menantang. Kondisi tersebut berbeda dari 10 tahun lalu. Jokowi menceritakan, pemerintah mampu menurunkan angka stunting dari 37% menjadi 21% dalam sepuluh tahun terakhir.
"Dari 21% menuju ke 14% ini memang tidak secepat sebelumnya," ujar Jokowi.
Jokowi juga telah menyalurkan alokasi anggaran Rp 892 miliar untuk bantuan program penurunan angka stunting sepanjang 2024. Total pendanaan tersebut menyasar kepada 1,44 juta keluarga rawan stunting.