Tidak banyak orang tahu ada kawasan candi yang begitu besar di Muarajambi. Cagar budaya ini terbentang seluas 3.981 hektare (ha). Konon kawasan candi ini terbesar di Asia Tenggara.
Direktur Jenderal Kebudayaan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Hilmar Farid, menjelaskan kawasan cagar budaya nasional (KCBN) Muarajambi memang baru diketahui oleh masyarakat sekitarnya saja. Mungkin, kata Hilmar, lantaran informasi yang beredar lebih banyak tentang keberadaan candi klasik di Jawa, yang diperkuat dengan cerita Kerajaan Majapahit atau Mataram.
Menurut Hilmar, kisah tentang kerajaan Melayu atau Sriwijaya belum begitu masif diperkenalkan ke publik. KCBN Muarajambi menjadi tempat yang mengisi kekosongan itu, dari segi geografis maupun garis waktunya. Hilmar menyebut ini sebagai kepingan ‘puzzle’ sejarah Indonesia.
“Periode krusial itu dari abad ke-6 sampai ke-13 yang kita tidak punya bukti sejarahnya, sekarang ketemu,” kata Hilmar dalam wawancara dengan Najwa Shihab, dikutip dari YouTube Narasi TV yang dipublikasikan pada Selasa (25/6/2024).
Melansir dokumen tentang KCBN Muarajambi dari Kemendikbudristek, riwayat tertua Jambi dapat ditilik dari kitab sejarah Dinasti Tang (618-906 M) yang menyebutkan bahwa kedatangan utusan kerajaan Mo-lo-yeu ke China pada 644 dan 645 M. Nama Mo-lo-yeu punya pertalian dengan suatu kerajaan tua bernama Malayu di pantai timur Sumatera yang berpusat di aliran Sungai Batanghari.
Kitab sejarah itu juga menyebutkan bahwa Chan-pei merupakan tempat bersemayam Maharaja San-fo-tsi (Sriwijaya). Chan-pei ini ditafsirkan sebagai Jambi. Digambarkan bahwa rakyat tinggal di rumah-rumah panggung di tepi sungai, sementara raja dan para pejabatnya bermukim di daratan.
KCBN Muarajambi yang masuk ke dalam Provinsi Jambi disebut sebagai pusat penyebaran agama Buddha hingga perdagangan internasional.
Dalam konteks penyebaran agama Buddha diceritakan oleh I-Tsing, pendeta Buddha dari Kanton (Cina) menuju Nalanda (India) yang memperdalam agama Buddha pada 671 M, pernah tinggal sementara di Mo-lo-yeu (Kerajaan Melayu). Pulau Sumatera pada masa kejayaan Sriwijaya dan Kerajaan Malayu merupakan titik strategis dalam pelayaran dunia.
I-Tsing tinggal selama dua bulan di sana sambil memperdalam kitab Sabdavidya, khususnya bahasa Sansekerta. Ketika pulang dari India pada 685 M, I-tsing singgah kembali di Mo-lo-yeu untuk menerjemahkan teks klasik ajaran Buddha yang selanjutnya dibawa ke China.
Sementara di sektor perdagangan internasional, disebutkan bahwa utusan Chan-pei pernah berangkat ke China pada 853 dan 871 M dalam misi berdagang. Kemendikbudristek menjelaskan bahwa pusat perdagangan di Jambi berkembang dengan memanfaatkan jalur sungai yang banyak menjalar di daerah ini.
“Tidak hanya melalui Sungai Batanghari, tapi juga anak-anak sungainya sampai ke daerah pedalaman,” kata penulis yang dikutip pada Senin (12/8/2024).
Komoditas lokal yang paling menonjol di antaranya madu, kayu gaharu (gharuwood), damar, gading, serta emas yang diperoleh dari hasil mendulang atau goldwashing. Komoditas emas begitu banyak ditemukan di sepanjang aliran Sungai Batanghari hulu, seperti daerah Mesuji, Merangin, Batanghari, Limun, dan daerah sekitarnya. Maka, wilayah ini dikenal dengan sebutan Swarnabhumi atau Swarnadwipa yang berarti pulau emas.
KCBN Muarajambi menyimpan 11 candi utama, empat candi lain dalam pemugaran, dan 82 reruntuhan candi yang tertimbun di bawah gundukan kecil atau disebut menapo.
Kawasan ini terletak di Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, tepatnya di tepi Sungai Batanghari, jaraknya sekitar 26 kilometer (km) dari timur Kota Jambi. Lokasi KCBN Muarajambi mencakup delapan desa yang menjadi penyangga kompleks situs tersebut, di antaranya Muaro Jambi, Danau Lamo, Keningkir Luar, Keningkir Dalam, Dusun Baru, Tebat Patah, Dusun Baru, dan teluk Jambi.
Jika dibandingkan dengan ikon budaya terkenal lainnya seperti Angkor Wat, Kamboja, dengan luas area 163 ha, luas KCBN Muarajambi hampir 26 kali lipat lebih besar. Luas KCBN Muarajambi juga melampaui Candi Borobudur dan taman wisatanya yang seluas 85 ha dan situs Nalanda Mahavihara di India sebesar 23 ha.
“Dalam lima tahun ke depan, pemerintah menargetkan Muara Jambi lebih hebat dari Angkor Wat karena potensinya ada,” kata Hilmar Farid, diberitakan Katadata, Rabu (5/6/2024).
Wilayah geografis KCBN Muarajambi telah ditetapkan dalam Surat Keputusan Menteri (Kepmen) Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 259/M/2013.
Revitalisasi KCBN Muarajambi merupakan tindak lanjut dari Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Dalam UU tersebut ada dua hal yang dituju, yaitu berkaitan dengan ketahanan budaya serta kontribusi budaya Indonesia di tengah peradaban dunia. Hilmar bahkan menyebut pembangunan kembali KCBN Muarajambi sebenarnya sudah dimulai sejak era 90-an, masifnya pada 10 tahun lalu.
Pada 2022, pemerintah telah melakukan proyek tersebut yang meliputi pemugaran, normalisasi parit keliling, dan penataan lingkungan. Lalu sejak Maret 2024, Kemendikbudristek tengah membangun museum serta pemugaran terhadap empat empat situs candi, yaitu Candi Kotomahligai, Candi Parit Duku, Candi Sialang, dan Manapo Alun-Alun.
Rincian Kegiatan Program Prioritas Revitalisasi Cagar Budaya Nasional Muarajambi 2023
No | Program prioritas | Target (unit) | Alokasi anggaran |
1. | Perencanaan penataan lingkungan Candi Kotomahligai KCBN Muarajambi | 1 | Rp8.545.943.000 |
2. | Penguatan ekosistem kebudayaan berbasis WBTB di KCBN Muarajambi | 1 | Rp676.000.000 |
Pada 2023, Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V mengalokasikan anggaran sebesar Rp9,22 miliar untuk menjalankan program prioritas revitalisasi KCBN Muarajambi. Dana ini bersumber dari bagian anggaran bendahara umum negara (BA-BUN) yang terdiri atas dua kegiatan, yaitu perencanaan penataan lingkungan Candi Kotomahligai senilai Rp8,54 miliar, serta penguatan ekosistem kebudayaan berbasis warisan tak benda senilai Rp676 juta.
Di luar dana itu, restorasi kawasan candi Muarajambi dianggarkan sebesar Rp1,5 miliar. Ini terbagi ke dalam dua tahun anggaran, yakni 2023 sebesar Rp600 miliar dan 2024 senilai Rp850 miliar. Alokasi ini berasal dari tiga pos sumber keuangan, seperti yang disampaikan Gubernur Provinsi Jambi Al Haris.
“Dari dana anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), dana bendahara umum negara (BUN), ada juga dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) provinsi dan nanti Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Muarajambi," kata Haris dilansir dari Kompas.com, Rabu (23/8/2023).
Hilmar Farid menyebut, proyek peremajaan ini terbesar kedua setelah revitalisasi Candi Borobudur pada 1973. Nantinya, akan ada museum KCBN Muarajambi yang memuat berbagai artefak dan temuan seperti prasasti, patun andesit, kerajinan emas, hingga keramik China yang diperoleh dari ekskavasi di wilayah Muarajambi.
“Semua temuan yang didapat sejauh ini ada di Balai Pelestarian Kebudayaan. Jika museum sudah terbangun, koleksinya akan diintegrasikan di sini,” kata Hilmar.
Pembangunan museum KCBN Muarajambi akan dilakukan di atas lahan seluas 30 ha dengan beberapa bangunan seluas 1 ha. Prosesnya akan dilakukan secara berkala tiap tahun. Museum KCBN Muarajambi sendiri ditargetkan rampung pada Oktober 2024. Dalam pelestariannya, KCBN Muarajambi tidak hanya berfokus pada cagar budaya tetapi juga mengedepankan perlindungan alam dan lingkungan setempat.
Sekretaris Ditjen Kebudayaan Fitra Arda menjelaskan, beberapa kegiatan yang dilakukan untuk merevitalisasi kawasan Muarajambi adalah dengan menjadikan kawasan tersebut sebagai pusat pendidikan, menata kawasan candi, serta penguatan ekosistem melalui ekonomi kerakyatan berbasis kebudayaan tak benda.
Salah satu ikhtiarnya melalui Festival Kenduri Swarnabhumi dan Pasar Dusun Karet (PADUKA), yaitu sentra kuliner khas masyarakat Desa Muarajambi. Menurut dia, kebudayaan berupa pementasan dalam rangka pengenalan budaya dapat membuka ruang inklusif yang menghubungkan kebhinekaan, serta membangun kerakyatan secara jangka panjang.
“Saat ini, kebudayaan sudah tidak lagi dianggap sebagai cost, tetapi investasi jangka panjang,” kata Fitra, dilansir dari laman Kemendikbud, Minggu (4/2/2024).
Investasi jangka panjang itu didorong dengan penguatan aktivitas produksi dan jasa yang menghasilkan nilai ekonomi. Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V Agus Widiatmoko menerangkan, masyarakat di Desa Muarajambi diberikan pelatihan produksi batik, cendera mata, serta dilatih untuk memandu turis KCBN Muarajambi.
“Pekerjaan ini bukan semata fisik, tapi juga pemberdayaan masyarakat,” kata Agus seperti diwartakan Katadata, Rabu (5/6/2024).
Besarnya nilai kebudayaan pada kawasan ini mendorong pemerintah untuk mengusulkannya agar ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO. Sejak 6 Oktober 2009, kawasan Muarajambi telah terdaftar dalam World Heritage Tentative List UNESCO dengan nomor: 5465 berdasarkan pertimbangan kriteria ii, iii, dan iv daftar Nilai Universal Bernilai Luar Biasa (Outstanding Universal Value/OUV).
Warisan budaya kuno di KCBN Muarajambi dipandang sebagai peninggalan masa peradaban Hindu-Buddha yang berkembang pada abad 6 - 13 M. Selain peninggalan arsitektur yang dibangun berdasarkan filosofi Buddha, terdapat pula ribuan artefak yang dapat menjelaskan aktivitas penduduk lama dalam memproduksi dan memanfaatkan berbagai bentuk barang dari sekitar kawasan Muaro Jambi. Dengan begitu situs bersejarah ini diharapkan mendapat perhatian lebih luas secara global serta memperkuat posisinya sebagai salah satu situs paling bersejarah di dunia.